Sekda Kalteng: Mengatasi Masalah Kurang Gizi Harus Melalui Pendekatan Multisektor

PALANGKA RAYA, Canal Berita — Sekretaris Daerah Provinsi Kalteng Nuryakin mengatakan sosialisasi 1000 hari pertama kehidupan dalam rangka sinergitas, dan harmonisasi program upaya pencegahan dan percepatan penurunan stunting di Kalteng menunjukkan komitmen dan perhatian bersama, terhadap Provinsi Kalimantan Tengah dan secara khusus terhadap upaya pencegahan dan percepatan penurunan stunting.

Saat ini masalah gizi di Indonesia, khususnya masalah Stunting masih cukup tinggi, dan masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, menargetkan penurunan prevalensi Stunting pada anak di bawah usia dua tahun menjadi 14 persen tahun 2024. Sedangkan target Prevalensi Stunting di Kalimantan Tengah 15,38 persen di Tahun 2024,” ucapnya Nuryakin saat membuka secara tersebut yang dilaksanakan di Aula Bawi Bahalap Kantor Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kalteng, Rabu 13 Juli 2022.

Ia berharap kegiatan tersebut dapat membangun komitmen bersama, sebagai upaya untuk mencapai sasaran dan target dari Program Kerja Nasional, mengenai pencegahan dan percepatan penurunan stunting. Sinergi antar pemangku kepentingan, pemerintah, swasta, masyarakat, serta semua pihak diharapkan dapat berperan aktif dalam mempercepat penurunan Stunting secara lebih terstruktur, holistik, dan integratif di Kalimantan Tengah.

Upaya pemerintah dalam menurunkan Stunting sangat ditentukan oleh diperkuatnya kerja sama dengan lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif, serta melibatkan partisipasi masyarakat, tokoh pendidik, tokoh adat, tokoh agama, organisasi profesi, organisasi masyarakat, media dan lainnya.

Dikatakan, masa 1000 Hari Pertama Kehidupan merupakan fase penting yang berpengaruh pada perkembangan anak secara keseluruhan, yang dihitung dari sejak anak berada dalam kandungan hingga berusia dua tahun.

Melalui Program ini, diharapkan dapat menjadi acuan untuk meningkatkan pengetahuan kita bersama dari semua unsur tentang pendidikan keluarga pada 1000 Hari Pertama Kehidupan dan juga mendorong kita semua untuk meneruskan informasi di lingkungan kita masing-masing,” jelasnya.

Menurutnya, pada hakekatnya penyebab dasar terjadinya masalah kurang gizi adalah masalah ekonomi yang ditandai dengan rendahnya daya beli masyarakat, sehingga menyebabkan rendahnya ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga yang dapat menyebabkan rendahnya asupan zat gizi.Selain itu pola pengasuhan Balita yang kurang baik, buruknya kondisi sanitasi lingkungan, dan kurang tersedianya sarana air bersih serta kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan, juga memberikan kontribusi terhadap terjadinya infeksi yang berulang yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya Stunting.

Mengingat penyebab masalah gizi adalah multifaktor, maka upaya yang harus dilakukan dalam mengatasi masalah kurang gizi harus melalui pendekatan multisektor, yang artinya bahwa penanggulangan masalah kurang gizi tidak hanya dilakukan oleh sektor kesehatan saja tetapi juga dilakukan bersama-sama dengan sektor di luar bidang kesehatan,” lugasnya.

Sektor lain di luar kesehatan yang memiliki peranan penting dalam penanggulangan masalah gizi antara lain adalah sektor ekonomi, pekerjaan umum, pertanian, ketahanan pangan, perikanan, pendidikan dan sektor terkait lainnya.

Permasalahan gizi jika dibiarkan akan berdampak pada rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia, yang selanjutnya akan berdampak pada daya saing bangsa, sehingga dalam rangka meningkatkan Sumber Daya Manusia Indonesia yang sehat, cerdas, dan produktif diperlukan status gizi yang optimal, dengan cara melakukan perbaikan gizi.

Nuryakin menambahkan, sesuai arahan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Hal ini juga tertuang dalam Visi dan Misi Gubernur Kalimantan Tengah dalam Mempercepat Pembangunan Sumber Daya Manusia Yang Cerdas, Sehat, dan Berdaya Saing yang tertuang dalam RPJMD Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2021-2026.

Untuk itu, Pemerintah bertanggung jawab dalam meningkatkan pengetahuan, dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan, sebagai salah satu upaya Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting dengan sasaran masyarakat, khususnya remaja, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak dibawah dua tahun,” tegasnya. (BS/CNB)