Harga TBS Sawit Murah, Masih Terkena Pajak Ekspor

JAKARTA, Canal Berita — Produksi minyak sawit mentah (CPO) Indonesia, masih akan terus bertambah. Lantaran hasil panen perkebunan kelapa sawit sudah memasuki masa panen raya. Berlimpahnya Tandan Buah Segar (TBS) yang berhasil dipanen, masih menyisakan cerita pilu, akibat merosotnya harga jual TBS milik petani yang hanya dibeli Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sekitar Rp. 1.000/kg.

Memang turunnya harga beli TBS milik petani tahun ini, sebagai imbas dari larangan ekspor CPO dan produk turunannya pada bulan April lalu. Di sisi lain, permintaan minyak nabati global juga mengalami penurunan yang berimbas turunnya harga jual CPO global sepanjang bulan Mei 2022. Alhasil, harga jual CPO pada periode Mei lalu, hanya mampu berkisar US$ 1.450/Ton atau sekitar Rp. 21.500/kg.

Rumitnya regulasi pemerintah yang diberlakukan bagi ekspor CPO Indonesia, bermuara dari mahalnya harga jual minyak goreng sawit di dalam negeri yang melonjak hingga Rp. 25.000/liter. Sehingga menimbulkan inflasi dan keresahan masyarakat luas akibat mahalnya harga minyak goreng dan kelangkaan di berbagai daerah. Sejatinya, persoalan yang terjadi hanya bersumber dari keberadaan minyak goreng sawit yang seharusnya dijual ke pasar domestik seharga Rp. 14.000/liter.

Paska Mei lalu, persoalan minyak goreng sawit kemudian melebar, hingga anjloknya harga jual TBS yang dihasilkan petani.  Rendahnya harga jual TBS sempat menimbulkan banyak protes dari petani, lantaran harga jual TBS terus merosot hingga menimbulkan kesulitan hidup. Lantaran, harga pupuk yang menjulang tinggi dan minimnya pendapatan yang mereka dapat dari menjual TBS.

Alhasil, keberadaan petani yang masih mengalami kesulitan hidup akibat rendahnya harga jual TBS dan mahalnya harga minyak goreng terus mewarnai berbagai persoalan minyak sawit nasional. Di sisi lain, pasokan minyak nabati global yang terhambat akibat perang Rusia, secara perlahan kembali pulih. Akibatnya pasokan minyak nabati global secara perlahan mampu terpenuhi dan menyisakan stok berlebih yang berada di Indonesia.

Gabungan Pengusaha Kelapa sawit (GAPKI) merilis data stok CPO nasional mencapai 5 juta ton dan melonjak hingga 7 juta ton. Tentunya, keberadaan stok CPO berlimpah yang berada di Indonesia ini, menjadi pekerjaan rumah yang tidaklah mudah. Lantaran, ekspor CPO masih terkendala pemenuhan regulasi akan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Market Obligation (DPO).

Periode Juni lalu, berbagai usulan dan inisiatif disampaikan kepada pemerintah, untuk mengatasi karut marut bisnis minyak sawit yang telah menyebabkan anjloknya harga jual TBS petani. Kementerian Perdagangan, medorong pemenuhan pasokan minyak goreng curah seharga Rp. 14.000/liter dan mendistribusikan minyak goreng dengan merk minyakita ke seluruh daerah Indonesia.

Sebagai catatan bersama, persoalan minyak goreng yang bisa terjadi setiap tahun ini, seharusnya mendapat konsen dari seluruh pemangku kepentingan bisnis minyak sawit, supaya mendapatkan kewajaran harga jual domestik ketika harga jual CPO sedang mahal dan kebutuhan domestik meningkat yang biasanya terjadi mendekati Hari Raya Idul Fitri. Mekanisme pemenuhan kebutuhan pasokan domestik, dapat menggunakan mekanisme rencana produksi dan penyimpanan (PPIC) sehingga tidak akan terjadi kelangkaan minyak goreng kembali.

Disclaimer: Artikel ini merupakan kerja sama Canalberita.com dengan infosawit.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, 
grafis,  video, dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab infosawit.com.