Perkebunan Kelapa Sawit Di Papua Nugini, Belum Digarap Optimal

canalberita.com — Sebenarnya pertanian di PNG masih di bawah potensinya alias belum dikembangkan secara optimal. Meskipun sektor ini menyumbang 39% dari PDB, penting bagi sektor pertanian untuk memperluas serta mengakomodasi pertumbuhan penduduk PNG yang pesat, yakni 2,7%.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi adalah masalah yang signifikan untuk jangka panjang pembangunan ekonomi PNG, ditambah lagi masalah klasik yang sudah ada seperti ketahanan pangan dan kekurangan gizi. Pertumbuhan sektor pertanian akan meniadakan efek ini dengan mengamankan kebutuhan pasokan produk makanan.

Tentu saja, Minyak kelapa sawit adalah pilihan PNG yang paling layak untuk pertumbuhan di sector pertanian. Pendapatan dari sawit diyakini bakal terus meningkat jika dikelola secara maksimal.

Ini karena konsumsi dan permintaan kelapa sawit global terus meningkat setiap tahun. Sementara negara produsen kelapa sawit memperlambat produksi karena pembatasan penggunaan lahan dan keprihatinan produktivitas. PNG memiliki peluang besar memanfaatkan  celah untuk mengisi kekurangan  pasokan di masa depan.

Diperkirakan 10 tahun kedepan,  permintaan global minyak kelapa sawit akan meningkat sebesar 30%. Hal ini mencerminkan pertumbuhan konsumsi minyak sawit baik sebagai produk makanan, bahan baku kimia maupun biofuel.

PNG berdiri dalam posisi yang baik untuk mengambil keuntungan dari potensi kekurangan pasokan global. PNG dianugerahi dengan tanah dan iklim yang sesuai, hujan memadai dan lahan yang tersedia untuk mengambil keuntungan dari  permintaan minyak kelapa sawit global yang makin berkembang.

Industri ini dipandang menyediakan potensi besar untuk pengembangan ekonomi. Dalam 15 tahun terakhir, minyak sawit telah mencatat peningkatan terbesar dalam pendapatan riil dari tanaman utama seperti kakao, kopra dan kopi. Petani  kelapa sawit di atas lahan seluas dua  hektar misalnya, menerima pendapatan tahunan K5, 586 atau hampir 10 kali pendapatan yang diperoleh dari produksi kakao.

Sebelumnya sekitar 130.000 hektar lahan digunakan untuk perkebunan kelapa sawit PNG, terutama di provinsi West New Britain, diikuti oleh Provinsi Oro, provinsi Milne Bay, New Ireland dan provinsi Morobe/Provinsi Madang.

Untuk penguasaan hutan, 75% hutan dimiliki oleh perusahaan-perusahaan asing, terutama dari Australia dan Malaysia. Perusahaan dari kedua negara itu memiliki lebih dari 3 juta hectare hutan PNG, yang kebanyakan dengan kontrak sampai 99 tahun.

Perkebunan sawit di PNG sejauh ini digarap oleh New Britain Palm Oil Limited (NBPOL) dan Hargy Oil Palms Limited (HOPL), juga sebagian kecil oleh petani. Selebihnya adalah perusahaanperusahaan yang tidak begitu besar.

Pada April 2010 lalu, NBPOL dibeli CTP Holdings, yang telah mengoperasikan beberapa perkebunan dan pabriknya di PNG. Ada 12 pabrik pengolahan kelapa sawit lokal, semua dimiliki oleh NBPOL dan HOPL. Blok kelapa sawit milik petani biasanya berukuran 2-6 hektar.

 

(Sumber: Info Sawit)