Ada Potensi PDIP Gabung KIB, Calon Presiden Meneruskan Legasi Jokowi

JAKARTA,CanalBerita–Peneliti Pusat Riset Politik (PRP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Aisah Putri Budiatri menilai, sejauh ini partai masih mempertimbangkan peluang kemenangan masing-masing partainya dalam pemilu. Jadi  format pembagian dalam koalisi partai di Pilpres belum final dan masih bisa berubah.

Demikian halnya dengan Kolisi Indonesia Besar atau KIB yang di gagas oleh Golkar, PAN dan PPP juga mempertimbangkan peluang kemenangan. “Saya rasa dalam situasi saat ini, berbagai peluang pertengkaran masih sangat terbuka, ” beber Aisah Putri di Jakarta, Kamis (2/3).

Menurut Aisah Putri, selain deklarasi kepada Anies tidak ada partai lain atau persekutuan lain yang terbentuk sejauh ini yang menyatakan dukungannya kepada Calon Presiden. Bahkan terbuka peluang perseteruan antara PDIP dan KIB, mengingat nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo muncul dalam acara yang digelar PAN dan PPP. 

“Koalisi antara PDIP dengan partai-partai KIB pun masih sangat membuka peluangnya, apalagi partai di dalam KIB sendiri sejauh ini merupakan bagian dari  pemerintah bersama PDIP. Sehingga tidak ada hal yang signifikan yang akan menghalangi,” jelas sosok yang akrap disapa Puput ini.

Kendati demikian, sebagai partai terbesar di KIB, Golkar akan menimbang kerja sama politik antara KIB dan PDIP. Sebab Golkar sudah memiliki calon presiden yakni Ketum Golkar Airlangga Hartarto.

“Meski tentu akan ada pertimbangan lebih jauh karena Golkar sebagai partai terbesar di KIB memiliki bakal capres. Namun, saya duga sejauh ini setiap partai akan melihat peluang menang termasuk Golkar,” jelas Puput.

Puput menjelaskan Ganjar Pranowo saat ini masuk dalam tiga sosok besar dengan elektabilitas tertinggi untuk Pilpres 2024, selain Anies Baswedan dan Prabowo Subianto. Hal itu akan membuat semua pihak akan mempertimbangkan salah satu dari tiga nama tersebut jika ingin memperbesar peluang menang di Pilpres 2024.

“Di luar itu, pertimbangan dalam lobi-lobi adalah siapa yang akan menjadi korban dan bagaimana modal finansial untuk Pilpres nanti,” pungkasnya.

Meneruskan Jokowi

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Sindikat PARA Ari Nurcahyo menilai Golkar perlu segera mengambil sikap dalam kontestasi pilpres 2024. Ia berharap Golkar, sebagai partai besar, perlu segera menyiapkan strategi jitu untuk bursa capres-cawapres.

“Jangan sampai Golkar ketinggalan kereta. Nanti dalam komposisi 2 atau 3 pasang capres-cawapres, jangan sampai tidak ada kader Golkar. Itu yang menjadi bayang-bayang Golkar sebagai partai besar,” terang Ari.

Selain itu, Ari menjelaskan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang mengutamakan dasar gagasan politik dan ide patut untuk segera mendeklarasikan pasangan capres-cawapres. Mengingat tujuan KIB adalah untuk meneruskan legasi Presiden Joko Widodo.

Sebagai partai 3 besar, Golkar akan mempertaruhkan harga diri politiknya jika hanya menjadi penonton di bursa Capres-cawapres 2024. Di sisi lain, dinamika pencalonan semakin mengerucut ke pasangan capres-cawapres.

“Kader partai dalam posisi capres atau cawapres akan memberikan efek elektoral ke partai politik. Jangan sampai bursa capres-cawapres tidak memberikan efek elektoral pada partai,” ungkapnya.

Ari menambahkan Golkar juga harus menjadikan efek ekor jas dalam bursa Pilpres 2024 untuk memaksimalkan potensi kemenangan partai berlambang pohon beringin itu.

“Pemilu 2024 tidak semata-mata mengejar kemenangan pileg, tetapi juga memperoleh keuntungan dari efek ekor jas dalam pencapresan kader,” imbuhnya.

Penulis: bs/cnb
Editor: alfrid u. gara