Peran Industri Perbankan Nasional ke Hulu Migas Diharapkan Meningkat

canalberita.com — Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara) berharap peran serta industri perbankan nasional, khususnya bank milik negara, akan semakin meningkat dalam kegiatan di sektor hulu migas Tanah Air.

Direktur Kelembagaan dan BUMN PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengatakan sinergi antara industri hulu migas dengan perbankan nasional sudah dilakukan sejak tahun 2008.

“Sejak 2008, sejak BP Migas berdiri, sinergi perbankan dengan industri hulu migas sudah terlihat dengan peraturan-peraturan yang dikeluarkan untuk para KKKS melakukan kerja sama dengan perbankan nasional,” ujarnya dikutip Jumat (20/8/2021).

Saat ini menurutnya, kegiatan hulu migas yang membutuhkan investasi cukup besar. Beberapa prospek yang bisa digarap perbankan nasional antara lain terkait pencadangan dana ASR (abandonment and site restoration), Trustee and Paying Agent, bank garansi, alat pembayaran (letter of credit), rekening pembayaran dan penerimaan untuk transaksi penyediaan barang dan jasa, rekening penerimaan untuk transaksi jual beli minyak dan gas bumi, rekening khusus DHE SDA, pembiayaan proyek industri migas, hingga pembiayaan industri pendukung hulu migas.

Masih ada lagi prospek yang terkait kegiatan pembangunan proyek strategis nasional (PSN) dari sektor hulu migas. “Ke depannya potensi ini akan semakin besar dan akan menjadi potensi-potensi bagi teman-teman di Himbara untuk ikut terlibat,” ujar Agus.

Sementara itu Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, kendati investasi di sektor hulu migas saat ini mengalami penurunan, tetapi nilainya masih cukup besar yaitu pada tahun 2021 ini ditargetkan mencapai US$ 12,38 miliar. “Jadi sebenarnya industri hulu migas masih sangat menjanjikan karena nilai investasi yang cukup besar dan signifikan,” tuturnya.

Ditambahkan Mamit, apalagi pemerintah lewat SKK Migas saat ini terus mengupayakan nilai investasi tersebut naik dari tahun ke tahun demi mewujudkan target produksi minyak 1 juta barel per hari dan 12 BSCFD gas pada tahun 2030 mendatang. “Ini pastinya akan membutuhkan investasi yang sangat besar,” lanjut Mamit.

Dia mengatakan bahwa peluang tersebut harus bisa dimanfaatkan oleh perbankan nasional terutama Himbara. “Jangan sampai apa yang kita miliki di bumi Indonesia diambil alih oleh bank swasta lain yang akhirnya dilempar ke luar negeri dan memperkaya orang lain. Alangkah lebih baiknya ini dimanfaatkan oleh industri (perbankan) nasional kita dan oleh BUMN-BUMN kita,” tegasnya.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengungkapkan, volume kebutuhan minyak nasional untuk energi sampai tahun 2050 diperkirakan akan meningkat sampai 139%, dari kebutuhan minyak nasional saat ini yang sekitar 1,6 juta barel per hari menjadi 3,9 juta barel per hari.

Sementara untuk konsumsi gas juga akan meningkat dari konsumsi saat ini yang sekitar 6.000 MMSCFD menjadi 26.000 MMSCFD pada tahun 2050 atau meningkat 298%. Di samping untuk kebutuhan energi, dijelaskan Dwi, sumber daya migas juga dibutuhkan untuk sumber feedstock bagi sektor industri, khususnya petrokimia.

Karena itu, pengembangan cekungan-cekungan hidrokarbon yang belum berproduksi menjadi berproduksi, dan yang belum ekonomis menjadi ekonomis, tentu perlu dilakukan. Peran investasi di sektor hulu migas tentu menjadi krusial guna mewujudkan hal tersebut, apalagi saat ini Pemerintah juga tengah mengejar target produksi minyak 1 juta barel per hari dan 12 BSCFD gas pada tahun 2030 mendatang.

 

(Sumber: BeritaSatu)