Khofifah Ungkap Biang Kerok Masalah Tracing di Jawa Timur

canalberita.com — Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan salah satu komponen 3T dalam penanganan pandemi Covid-19, yaitu tracing, di wilayah Jatim sangat rendah dan tidak sesuai dengan standar WHO.

Hal itu diungkapkan Khofifah dalam acara penyerahan rekomendasi penanganan Covid-19 dari Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga kepada pemerintah secara virtual, Jumat (30/7/2021).

“Kalau satu pasien menurut WHO harus 15, kita ada satu daerah yang nol. Saya hubungi walikotanya, betul nih? dia bilang ‘mboten.

Saya turun, ketemu dengan nakes di kabupaten yang berbeda, saya cek, saya tunjukkan format menggunakan aplikasi SILACAK. Memang kalau babinsa dan bhabinkamtibmas, bukan bidangnya, kalau untuk buka pintu tracing,” katanya.

Menurut dia, seorang tracer harus sepaket dengan swaber. Sebab, setelah tracing dan testing harus dilakukan input data. Sebab, jika input data tidak dilakukan, sama halnya seperti tidak dilakukan tracing.

“Apa dimungkinkan, kami mendapatkan support, mahasiswa tidak hanya FK. Ini relatif simpel karena sudah digital friendly. Aplikasi seperti itu, kalau ditugaskan seperti itu, nggak nutut, sambil tracing, nyatet ngentri (memasukkan data) ke SILACAK,” katanya menjelaskan.

Dia juga menjelaskan pasokan oksigen untuk pasien Covid-19 di Jawa Timur. Menurut Khofifah, saat ini stok cukup meski ada kendala.

“Kami punya stok cukup isi ulang oksigen. Problemnya adalah (di operator) kami tak bisa simsalabim ajarin orang,” katanya.

Adapun oksigen tersebut menurutnya adalah sebagian besar dibutuhkan oleh orang yang sedang melakukan isolasi mandiri. Dia menambahkan, saat ini sudah tersedia isolasi terpusat yang lebih mumpuni untuk orang-orang yang terpapar.

(Sumber: CNBC Indonesia)