Supaya Memperoleh Rendemen Buah Sawit Tinggi
canalberita.com — Guna memperoleh rendemen buah sawit yang tinggi maka mutu Tandan Buah Segar (TBS) sawit, dan pelaksanaan pemanenan tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Disamping itu perlu menyediakan tenaga pemanen dan alat-alat panen dalam jumlah yang cukup, agar produksi maksimal.
Proses pemanenan kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah matang, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah dan mengangkut buah ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta pengiriman ke PKS.
Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaantanaman kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanaman danpemeliharaan tanaman, panen juga salah satu faktor yang penting dalam pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Pengelolaan tanamanyang sudahbaku (standar) dan potensi produksi di pohon tinggi, tidak ada artinya jika panen tidak dilaksanakan secara optimal.
Hasil panen langsung menjadi sumber pemasukan uang bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit.
Tujuan panen adalah untuk memanen seluruh buah yang sudah matang panen dengan mutu yang baik secara konsisten sehingga diperoleh produksi Crude Palm Oil (CPO) per hektar yang tinggi dan mutu minyak dan inti sawit yang maksimal.
Untuk mendapatkan ekstraksi dan mutu minyak yang tinggi sangat ditentukan oleh mutu TBS dan mutu pekerjaan panen/potong buah. Oleh karena itu pelaksanaan pemanenan tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Disamping itu perlu menyediakan tenaga pemanen dan alat-alat panen dalam jumlah yang cukup, agar produksi dapat optimal.
MUTU TBS
Produksi tandan buah segar ditentukan oleh jumlah tandan bunga yang dapat berkembang menjadi tandan buah. Buah terbentuk setelah terjadi penyerbukan danpembuahan. Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan sampai buahmatang dan siap panen kurang lebih 6 bulan.
Yang dimaksud dengan mutu tandan adalah derajad kesempurnaaan pembuahan pada tandan, yang ditentukan oleh kesempurnaan penyerbukan. Penyerbukan yang kurang sempurna menghasilkan banyak buah kempet dalam artian kepala putik tidak diserbuki oleh benangsari dengan sempurna. Buah kempet ini akan bermasalah terhadap pembentukan oil content yang tentunya berdampak kepada kandungan/rendemen minyak yang rendah.
MUTU PANEN
Kualitas atau mutu panen harus mendapat perhatian yang serius. Kehilangan minyak dan penurunan kualitas sebagian besar terjadi di kebun saat pemanenan dan pengangkutan hasil panen. Keberhasilan panen ditentukan oleh kesiapan prasarana dan sarana panen, kriteria kematangan TBS, manajemen panen (derajad kematangan, rotasi panen, sistem panen).Sarana panen adalah jalan yang dapat dilewati dalam segala musim, piringan yang bersih, jalan panen, tangga panen, titipanen dan TPH. TPH diberi bernomor
Dalam pelaksanaan operasional panen yang perlu mendapat perhatian agar kualitas TBS dapat terjaga dengan baik adalah dengan melakukan standart panen yang benar dengan memperhatikan kwalitas panen, pusingan panen,penempatan ancak pemanen yang benar, serta memanen buah matang panen dengan mengutip seluruh brondolan yang terlepas dari buah. Dengan melakukan panen yang baik dan benar, diharapkan akan didapatkan potensi rendemenn sesuai potensi yang terkandung dalam buah. Dalam hal ini pabrik tidak bisamembuat OER yang tinggi, maka dibutuhkan kerja sama dengan lapangan agar melakukan panen terhadap buah matang panen.
Untuk meningkatkan keberhasilan panen ini perlu dilakukan pelatihanketrampilan bagi pelaku panen dan peningkatan pengetahuan pemanen tentang mutu panen yang hendak dicapai.
Kriteria/Derajat kematangan
Bagian yang terpenting dari buah adalah mesokarp (yang mengandung minyak kelapa sawit), dan inti sawit (yang mengandung minyak inti sawit).
Buah kelapa sawit menjadi matang sekitar 6 bulan setelah terjadi polinasi (penyerbukan) dan fertilasi (pembuahan). Kematangan buah adalah aspek yang yang pengaruhnya paling menonjol terhadap kuantitas dan kualitas minyak. Buah yang tepat matang diartikan sebagai buah yang kondisinya memberikan kuantitas dan kualitas minyak maksimal, yang dapat dijabarkan menjadi angka-angka bila dianalisis di laboratorium. Namun bagi pemanen buah di lapangan, merupakan sesuatu yang sulit untuk dipastikan. Oleh karena itu seperti halnya berbagai jenis komoditas, kematangan buah dideteksi secara visual. Dalam hal buah kelapa sawit, kriteria yang dapat dipakai adalah warna buah. Dalam proses pematangan buah, warna kulit buah secara bertahap berubah dari kehitam-hitaman menjadi jingga kemerahan. Kriteria lain adalah bahwa setelah mencapai tahap matang penuh, buah akan mudah terlepas dari tandannya (disebut dengan membrondol). Semakin banyak buah yang membrondol berarti buah semakin matang. Dianjurkan buah yang dipanen adalah buah brondol, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan karena adanya kesulitan, yaitu pengutipan brondolan dan asam lemak bebas menjadi tinggi.
Kriteria umum untuk tandan buah yang dapat dipanen adalah berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah secara alami atau dengan istilah lain menghasilkan brondolan dalam jumlah tertentu. Buah dapat dipanen jika dipenuhi kriteria sebagai berikut :
“Untuk tiap kg berat tandan terdapat 1 brondolan lepas di TPH yang bukan brondolan parthenokarpi atau brondolan muda karena serangan tikus atau penyakit”, misalnya BJR (berat janjang rata-rata) blok adalah 10 kg maka buah yang dapat dipanen pada blok tersebut apabila brondolan yang lepas ada 10 butir brondolan di TPH. Jika ada 9 brondolan saja, maka dianggap buah mentah”
(Sumber: Info Sawit)