China Ingin Negara Barat Bantu Taliban dan Cabut Sanksi

CANALBERITA.COM – China telah menekan pemerintahan sementara Taliban di Afghanistan agar “secara efektif” melindungi hak-hak perempuan dan memperbarui seruannya untuk mencabut sanksi internasional terhadap negara yang dilanda konflik itu guna membantunya mengatasi “kekacauan ekonomi” yang meningkat.

Menteri Luar Negeri China Wang Yi membahas masalah itu dalam pembicaraan dua hari dengan para pemimpin Taliban yang berakhir hari Selasa (26/10) di Doha, Qatar. Para pejabat Taliban mengatakan delegasi tingkat tinggi mereka yang hadir yakni Wakil Perdana Menteri Abdul Ghani Baradar dan Menteri Luar Negeri Amir Khan Muttaqi.

Wang Yi mendesak masyarakat internasional agar membantu Afghanistan mengatasi “krisis kemanusiaan, kekacauan ekonomi, ancaman teroris dan kesulitan pemerintahan,” dan mengarahkan negara itu pada jalur pembangunan yang “baik”.

China mendesak negara-negara Barat secara keseluruhan, yang dipimpin Amerika, agar mencabut sanksi, dan mengimbau semua pihak agar terlibat dengan Taliban Afghanistan secara rasional dan pragmatis,” terangnya.

Pernyataan ini mengutip Wakil Baradar yang meyakinkan Wang bahwa Taliban terus mengambil “langkah-langkah inklusif” dan merekrut personel dari semua etnis Afghanistan untuk berpartisipasi dalam pemerintahan negara pada masa depan. Sedangkan pejabat Taliban menggambarkan pembicaraan dengan China sebagai bermanfaat, dan bahwa kedua pihak meninjau ulang hubungan diplomatik bilateral, perdagangan dan peluang pendidikan bagi siswa Afghanistan di China.

Dalam pernyataan, juru bicara Taliban mengatakan, China telah menjanjikan bantuan kemanusiaan tambahan USD6 juta (Rp85 miliar), termasuk obat dan pangan.

China telah menjanjikan bantuan sekitar USD31 juta (Rp434 miliar) ke Kabul, termasuk pasokan makanan.

Taliban kembali berkuasa di Afghanistan Agustus lalu, tetapi akses mereka ke aset-aset asing bank sentral Afghanistan sekitar USD10 miliar telah ditolak. Sebagian besar aset itu ditahan Bank Sentral Amerika dengan alasan hak asasi manusia dan masalah lain. Pembatasan itu semakin memungkinkan hancurnya ekonomi Afghanistan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan perang selama lebih dari 40 tahun dan bencana alam berulang mengakibatkan krisis pangan berkepanjangan, yang mempengaruhi jutaan orang. Para pejabat PBB mengatakan Afghanistan sedang menuju “krisis kemanusiaan terbesar” di dunia dalam musim dingin ini karena lebih dari setengah populasi, hampir 23 juta orang, akan menghadapi kelaparan akut kecuali kalau bantuan yang sangat dibutuhkan, tiba.

(sumber: okezone.com)