Ada 13.000 Senjata Nuklir Ancam Perdamaian Dunia

canalberita.com – Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi melakukan pertemuan High-level Plenary Meeting on the International Day for the Total Elimination of Nuclear Weapons pada Sidang Majelis Umum ke-76 PBB di New York, Amerika Serikat (AS).

Diketahui, Indonesia adalah koordinator Gerakan Non-Blok dan sebagai salah satu proponen utama dari adanya peringatan total elimination ini.

Dalam pertemuan tersebut, Retno menyampaikan bahwa harapan dunia untuk terbebas dari ancaman nuklir masih elusif.

Hingga saat ini kita lihat masih terdapat 13.000 (tiga belas ribu) senjata nuklir yang menjadi ancaman terhadap perdamaian dan keamanan dunia dan dunia tidak akan pernah merasa aman sampai seluruh senjata tersebut dimusnahkan,” kata Retno dalam keterangan tertulisnya (29/9/2021).

Pada kesempatan tersebut, Retno menekankan bahwa Traktat Non-proliferasi harus senantiasa ditegakkan. Ia berpendapat, seluruh negara harus menjalankan komitmennya terhadap traktat ini.

Ia mengatakan, perlombaan senjata nuklir dan power projection harus dihentikan agar tidak merusak integritas dan kredibilitas dari traktat non-proliferasi.

Adanya kemungkinan senjata ini jatuh ke tangan non-state actors harus menjadi landasan atau alasan kuat bagi kita semua untuk mempercepat perlucutan senjata nuklir,” ujarnya.

Retno juga menekankan mengenai pentingnya memperkuat arsitektur perlucutan senjata nuklir. Selain itu, traktat ini memberikan kerangka hukum untuk mendelegitimasi senjata nuklir.

Pemberlakuan Treaty for the Prohibition of Nuclear Weapons tahun ini merupakan tonggak sejarah yang sangat penting,” ucapnya.

Ia menegaskan bahwa dunia tidak akan mendapatkan manfaat dari keberadaan senjata nuklir. “Pemusnahan senjata nuklir adalah satu-satunya cara untuk melindungi penghuni dan masa depan bumi ini,” tegasnya.

Retno mengungkapkan, upaya untuk mendorong isu nuclear disarmament ini bahkan sebenarnya sudah dilakukan sejak sebelum Covid-19. Selain itu, ia berpandangan bahwa Covid-19 tidak boleh membiarkan masyarakat internasional kehilangan fokus pada isu yang penting ini.

(sumber: okezone.com)