Gawat! Xi Jinping & Biden Bersatu ‘Hajar’ Batu Bara

canalberita.com – Gempuran kepada energi fosil termasuk batu bara makin kencang. Ini datang dari dua pemimpin negara kuat dunia, China dan Amerika Serikat (AS).

Presiden China Xi Jinping memberikan pidato langka di depan Majelis Umum PBB, Selasa (21/9/2021) malam waktu New York, AS. Ia membuat komitmen iklim baru untuk menangani pemanasan global.

Ditegaskannya, China tak akan membangun proyek pembangkit listrik tenaga batu bara lagi di luar negeri. Diketahui melalui pendanaan Belt and Road, (BRI), China berinvestasi di sejumlah proyek PLTU di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia.

Ia juga berjanji mempercepat upaya China menjadi netral karbon di 2060. Termasuk mendukung negara berkembang mengembangkan energi hijau dan rendah karbon.

“Kami akan melakukan segala upaya untuk mencapai tujuan ini,” ujarnya dalam pidato yang direkam sebelumnya dikutip dari AFP, Rabu (22/9/2021).

Pada 2019, impor batu bara China tercatat 360,41 juta ton. Jepang menduduki peringkat kedua dengan impor 211,16 juta ton.China adalah konsumen batu bara terbesar di planet bumi. Pada 2019, konsumsi batu bara di Negeri Tirai Bambu mencapai 4,36 miliar ton. Amerika Serikat (AS) di posisi kedua ‘cuma’ 924,44 juta ton.

Nyatanya, langkah serupa juga diikuti oleh Amerika Serikat (AS). Dalam kesempatan serupa, Presiden Joe Biden juga menyebut siap mendukung energi hijau dengan maksimal.

Tak tanggung-tanggung, AS akan menyiapkan dana US$ 100 miliar pertahunnya. Uang itu akan disalurkan hingga 2025.

Ini untuk membantu negara-negara miskin yang terkena dampak buruk perubahan iklim. Ini juga untuk mendukung transisi negara-negara berkembang dan mengakhiri ketergantungan ke bahan bakar seperti batu bara.

Ia perubahan iklim adalah bagian dari tanggung jawab AS atas apa yang telah terjadi di dunia. AS sendiri adalah negara penghasil emisi terbesar di muka bumi.

“Ini akan membuat Amerika menjadi pemimpin dalam keuangan iklim publik,” kata Biden kepada para pemimpin dunia di New York.

Di 2019, OECD (Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan) melaporkan negara maju hanya menyumbang US$ 79,6 miliar untuk negara berkembang mengatasi persoalan ini. Ini lebih rendah US$ 20 miliar lebih rendah dari target tahunan awal US$ 100 miliar.

Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 178,3/ton. Turun 0,75% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Hal ini terjadi setelah pada 15 September 2021, harga batu bara ditutup US$ 180,6/ton. Ini adalah rekor tertinggi setidaknya sejak 2008. Selepas itu, harga si batu hitam cenderung fluktuatif.

(sumber: cnbcindonesia)