Studi: Malas Bergerak Sebabkan Angka Kematian Global Meningkat

–Saat ini gaya hidup yang sehat menjadi pembicaraan yang hangat dibicarakan oleh banyak orang. Gaya hidup sehat setiap orang pasti memiliki perbedaan dalam menjalankannya walaupun tetap dengan stigma yang sama.

Gaya hidup sehat sudah pasti penting untuk dilakukan karena dapat berdampak pada masa depan nantinya. Melakukan pola hidup sehat bukan berarti tidak bisa mengonsumsi makanan dan minuman yang enak atau harus setiap hari melakukan olahraga.

Banyak orang yang memberikan tips-tips untuk pola hidup sehat dengan tetapi masih bisa menikmati hidup. Gaya hidup sehat memang sangat penting karena terdapat sebuah studi yang mengaitkan antara gaya hidup pemalas atau tidak sehat dengan angka kematian global.

Melansir dari United Press Intenational, Selasa, (6/4/2021), perilaku yang cenderung pemalas menyumbang hingga 8% dari penyakit tidak menular dan kematian di seluruh dunia, hal tersebut dikatakan oleh para peneliti.

Ketidakaktifan pada fisik merupakan salah satu faktor risiko yang memang diketahui dapat menyebabkan kematian dini dan beberapa penyakit tidak menular lainnya, seperti penyakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2, dan beberapa jenis penyakit kanker.

Pada tahun 2016 lalu, para peneliti menganalisis data yang dimiliki oleh 168 negara untuk melakukan studi baru tentang ketidakaktifan fisik. Ditemukan bahwa proporsi penyakit tidak menular ini dapat terjadi karena ketidakaktifan fisik bisa berkisar dari hampir 2% untuk tekanan darah tinggi hingga lebih dari 8% untuk demensia.

Yang diartikan dari ketidakaktifan fisik ialah kurang dari 150 menit pergerakan atau aktivitas dengan intensitas sedang atau 75 menit kegiatan fisik dengan intensitas kuat per minggu. Bukan suatu angka yang besar jika terbiasa melakukan kegiatan pada setiap harinya.

Studi tersebut juga menyebutkan bahwa 69% dari semua kematian dan 74% kematian akibat penyakit jantung berkaitan dengan ketidakaktifan fisik di seluruh dunia. Jika dilihat, potensi ketidakaktifan fisik sangat besar mempengaruhi kondisi kesehatan.

Pada negara kaya, masyarakatnya memiliki risiko dua kali lebih besar untuk penyakit yang berhubungan dengan ketidakaktifan fisik. Saat tahun 2016, tingkat ketidakaktifan fisik di negara-negara kaya diperkirakan lebih dari dua kali lipat di negara-negara yang berpenghasilan rendah.

Walaupun begitu, negara dengan penghasilan menengah juga memiliki populasi masyarakat yang besar sehingga paling berisiko terhadap ketidakaktifan fisik. Hal itu dibuktikan karena 80% kematian akibat penyakit tidak menular tersebut terjadi di negara-negara dengan penghasilan yang menengah dan rendah.

Peneliti yang dipimpin oleh Peter Katzmarzyk, dari Pennington Biomedical Research Center di Baton Rouge, LA, mengatakan bahwa angka kematian paling besar karena ketidakaktian fisik terjadi di negara-negara Amerika Latin dan Karibia, serta negara-negara Barat dan Asia Pasifik yang berpenghasilan tinggi.

Sedangkan untuk angka terendah terjadi di negara-negara sub-Sahara Afrika, Oseania, dan Asia Timur & Tenggara. Hasil penelitian ini dipublikasikan secara online di British Journal Sports Medicine. Penelitian ini dinamakan studi observasional sehingga tidak dapat menetapkan sebab-akibat, tetapi ini merupakan masalah global yang perlu adanya perubahan.

Pada tahun 2018, Majelis Kesehatan Dunia pun menetapkan sebuah tujuan untuk mengurangi ketidaktifan fisik di seluruh dunia sebesar 15% pada tahun 2030 nanti. Jauhi gaya hidup pemalas dan mulai lakukan kegiatan-kegiatan yang baik dan bermanfaat.

Sumber: liputan6.com/citizen6