Lumbung Petani Sawit Swadaya Melambung Paska Ikut Skim Sertifikasi
Jakarta,CanalBerita – Penerapan praktik budidaya kelapa sawit layak lingkungan dan sosial, sejatinya tidak hanya dilakukan perusahaan perkebunan kelapa sawit skala besar, lantaran tataran petani kelapa sawit swadaya pun bisa melakukannya.
Bukan hal yang mustahil bila semua dilakukan dengan sesuai aturan dan dipahami terlebih dahulu. Bagi petani sawit swadaya upaya mengubah perilaku budidaya bisa dilakukan sepanjang memiliki manfaat.
Berdasarkan pengalaman Grup Manager KUD Tani Subur, Sutiyana, pemahaman menjadi sangat penting, lantaran bagi petani memdudidayakan kelapa sawit bertujuan untuk memperbaiki tingkat ekonomi.
Buktinya kata Sutiyana, saat dirinya beserta teman petani lain yang tergabung dalam KUD Tani Subur sepakat untuk menerapkan skim minyak sawit berkelanjutan versi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), mampu dengan cepat beradaptasi. Tatkala terdapat 67 temuan, dalam waktu tiga bulan bisa diperbaiki dan hanya menjadi 5 temuan saja.
“Sebelumnya kami hanya mengajukan sebanyak 327 ha dengan melibatkan 179 petani, dan bisa lolos sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) dan RSPO, dan dari hasil sertifikasi RSPO kami bisa mendapatkan insentif sebanyak Rp 250 juta, itu pertama kali yang dirasakan para petani,” katanya kepada InfoSAWIT, disela-sela FGD Minyak Sawit Berkelanjutan: Diskusi Sawit Bagi Negeri Vol 4 di Jakarta.
KUD Tani Subur yang berlokasi di Desa Pangkalan 3, Km 50 Kecamatan Pangkalan Lada, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, terus berkembang paska mengikuti skim sertifikasi minyak sawit berkelanjutan versi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), maupun Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Melihat kondisi tersebut, membuat petani eks plasma di wilayah tersebut kepincut ikut bergabung, tutur Sutiyana, sebanyak 500 KK dengan areal seluas 1100 ha ikut bergabung untuk menerapkan skim sertifikasi minyak sawit berkelanjutan. “Kami terbagi dalam dua KUD, yakni KUD Tani Subur seluas 830 ha sisanya masuk dalam KUD Berkat Maju, dimana totalnya saat ini sekitar 1.420 ha,” katanya.
Dari menerapkan skim minyak sawit berkelanjutan tersebut untung pun datang tiba-tiba, disaat harga buah sawit yang masih turun naik mengikuti fluktuasinya harga minyak sawit dunia, ternyata hasil penjualan kredit minyak sawit berkelanjutan petani mampu tembus sampai Rp 2 miliar.
Namun lantaran harga buah sawit yang masih belum stabil, hasil penjualan kredit minyak sawit berkelanjutan itu dikembangkan oleh petani dengan membaginya dalam tiga kelompok yakni sebanyak 30% untuk dibagikan secara tunai kepada petani, lantas 30% untuk pembiayaan operasional koperasi dan 30% untuk pengembangan usaha koperasi, sementara sisanya yang 10% digunakan untuk kas Koperasi.
Sumber:www.infosawit.com