Jangan Kaget! Harga CPO Diprediksi Tinggalkan Level 3.000 Ringgit pada Semester II
CanalBerta,JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) berpotensi terkoreksi semakin dalam seiring dengan prospek pemulihan output dari negara-negara produsen.
Berdasarkan data dari Bursa Malaysia pada Kamis (25/3/2021), harga CPO untuk kontrak Juni 2021 terkoreksi 25 poin pada posisi 3.923 ringgit per ton. Sementara itu, harga CPO berjangka kontrak pengiriman bulan Mei 2021 juga turun 32 poin pada level harga 4.078 ringgit per ton.
Terkait hal tersebut, Direktur Godrej International Ltd, Dorab Mistry mengatakan, harga CPO berjangka akan terbagi pada dua fase. Pada fase pertama, harga minyak kelapa sawit diprediksi akan berada di kisaran 3.300 ringgit per ton hingga Juni mendatang.
“Kemudian, pada fase kedua, harga akan jatuh ke level 2.700 ringgit per ton mulai Juli mendatang,” katanya dalam sebuah seminar industri daring dikutip dari Bloomberg, Kamis (25/3/2021).
Adapun, harga CPO sempat menembus level tertingginya sejak 2008 lalu pada kisaran 4.000 ringgit per ton pada awal bulan ini. Penguatan ini didorong oleh keterbatasan pasokan minyak nabati dunia, termasuk CPO.
Lonjakan harga tersebut sesuai dengan proyeksi Mistry sebelumnya yang memperkirakan harga CPO akan melesat secara eksplosif sebelum akhir Maret. Hal tersebut terjadi seiring dengan outlook bullish baik dari permintaan dan pasokan komoditas ini beserta sentimen pasar yang positif.
Ia melanjutkan, kendati outlook minyak nabati akan tetap ketat dalam jangka pendek, produksi sawit akan pulih pada paruh kedua tahun ini. “Harga sawit memang mahal dan kompetitif hanya karena produk substitusi seperti minyak biji kedelai atau minyak biji matahari juga berada pada level harga yang tinggi,” jelasnya.
Hal serupa diungkapkan oleh Chairman LMC International, James Fry. Menurutnya, harga minyak kelapa sawit berpotensi terkoreksi hingga ke posisi 3.300 ringgit per ton pada kuartal IV/2021 seiring dengan prospek pemulihan produksi yang akan meningkatkan jumlah persediaan.
Fry memaparkan, rendahnya produksi buah sawit menimbulkan masalah besar terhadap pasokan CPO global. Keterbatasan pasokan ini kian diperburuk oleh kegagalan pemerintah untuk mengurangi mandat bahan bakar biodiesel secara sementara untuk mengurangi tekanan terhadap permintaan.
“Kondisi berbeda terjadi pada 2016-2017 lalu. Selain itu, pergerakan bullish CPO juga telah memasuki fase akhir saat ini,” papar Fry.
Sumber: Bisnis.com