Breaking News: Harga Batu Bara Naik Nyaris 7%

JAKARTA,canalberita.com-Larangan impor batu bara Rusia yang diberlakukan blok Uni Eropa langsung melambungkan harga batu bara. Pada perdagangan Rabu (10/8/2022), harga batu kontrak September di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 401 per ton. Melesat 6,93% dibandingkan hari sebelumnya.

Penguatan kemarin memperpanjang tren positif batu bara yang sudah berlangsung sejak Senin pekan ini setelah ambruk pada pekan sebelumnya. Penguatan juga membawa harga batu bara kembali ke level psikologis US$ 400 per ton.

Secara keseluruhan, harga batu bara sudah melonjak 5,93% dalam sepekan secara point to point. Namun dalam sebulan, harga batu bara masih amblas 6,04%.

Negara-negara Uni Eropa resmi melarang impor batu bara Rusia mulai kemarin, Rabu (10/8/2022). Larangan impor tersebut merupakan bagian dari paket sanksi kelima yang diberikan Uni Eropa atas serangan Rusia ke Ukraina.

Kebijakan larangan impor tersebut berlaku di tengah tingginya permintaan batu bara dari Eropa karena sejumlah negara akan mengoperasikan kembali pembangkit batu bar mereka. Kondisi diperparah dengan tersendatnya pasokan gas dari Rusia serta semakin menyusutnya permukaan Sungai Rhine yang membuat lalu lintas ekspor di Jerman terhambat.

Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) kemarin berada di kisaran EUR 205,37 per megawatt-jam. Harga gas tersebut adalah yang tertinggi sejak 8 Maret 2022.

Harga melambung karena kekhawatiran menipisnya pasokan untuk musim dingin kembali menguat. Kenaikan harga gas langsung berimbas pada harga batu bara karena pasir hitam merupakan sumber energi alternatif.

Sementara itu, permukaan sungai Rhine di Jerman kini menyusut hingga ke kisaran 40 cm. Dengan permukaan serendah itu Sungai Rhina tidak bisa dilalui kapal pengangkut komoditas ekspor. Padahal, Rhine berkontribusi 80% terhadap lalu lintas perdagangan barang melalui jalur sungai di Jerman.

Fitch Solutions mengatakan larangan impor batu bara Rusia akan melambungkan harga batu bara melalui dua cara yang berbeda.

Pertama, kebijakan tersebut akan membuat permintaan impor kepada negara produsen batu bara seperti Indonesia dan Australia melesat. Kedua, rencana Eropa untuk menggantikan pasokan gas Rusia akan membuat permintaan gas berkurang dan sebaliknya permintaan batu bara akan meningkat. Dengan kondisi seperti itu, Fitch memperkirakan harga batu bara  akan tetap tinggi dalam beberapa waktu ke depan.

Fitch juga telah menaikkan proyeksi harga batu bara thermal Asia yang dikirim dari Pelabuhan Newcastle. Rata-rata harga batu bara akan berada di US$ 320 per ton untuk tahun ini, dari US$ 230 pada proyeksi sebelumnya. Rata-rata harga batu bara akan melandai menjadi US$ 246 per ton pada 2022-2022. Proyeksi ini lebih tinggi dibandingkan yang dikeluarkan sebelumnya yakni US$ 159 per ton.

Analis Argus Media Alex Thackrah mengatakan sulit bagi negara-negara Uni Eropa untuk meningkatkan pasokan dengan cepat karena tantangan logistik dan transportasi. Kalaupun mereka mendapatkan pasokan maka harganya akan sangat mahal.

Pasalnya, mereka harus bersaing dengan pembeli lain seperti India, Korea Selatan, ataupun Vietnam yang selama ini sudah memegang kesepakatan dengan negara produsen seperti Indonesia dan Australia. “Tantangan akan menjadi berat untuk memenuhi pasokan pada musim dingin tahun ini,” tutur Thackrah, kepada Politico.

Dilansir dari Vietnam+, pemerintah Vietnam menargetkan untuk mengimpor lebih banyak batu bara pada tahun-tahun mendatang. Impor batu bara Vietnam diperkirakan akan meningkat menjadi 50-83 juta ton per tahun mulai 2025-2035. Pada 2021, negara tersebut hanya mengimpor pasir hitam sebanyak 36 juta ton. Kenaikan impor untuk memenuhi konsumsi domestik mereka yang terus melonjak.

Konsumsi batu bara Vietnam diperkirakan akan meningkat menjadi 94-97 juta ton pada 2025. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan yang tercatat pada 20211 yakni 38,77 juta ton atau pada 2021 (53,52 juta ton).

Sumber: cnbcindonesia.com