Kabar Baik Buat Bos Sawit, Harga CPO Lompat 3%

JAKARTA, canalberita.com-Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) melesat tajam di sesi awal perdagangan pada Selasa (19/7/2022). Artinya, harga CPO telah naik selama tiga hari beruntun. Lalu, bagaimana prediksi harga CPO ke depan?

Mengacu pada data Refinitiv, pukul 08:40 WIB, harga CPO diperdagangkan di posisi MYR 4.066/ton atau melesat 3,07%.

Meski begitu, harga CPO masih drop 1,21% di sepanjang pekan ini dan anjlok 18,37% secara bulanan. Di sepanjang tahun ini, harga CPO masih ambles 2%.

Teknisnya, analis komoditas Reuters, Wang Tao memprediksikan harga CPO hari akan naik ke MYR 4.246/ton karena telah berhasil menembus titik resistance di MYR 3.958/ton.

Pada Senin (18/7), minyak sawit berjangka Malaysia berakhir melonjak 8,49% ke MYR 3.945/ton (US$884,52/ton) dan menjadi kenaikan harian terbesar sejak 9 Maret 2022.

Kenaikan harga CPO kemarin mengekor kenaikan minyak saingan yakni minyak kedelai. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade ditutup naik 1,7% melanjutkan relinya sejak Jumat (15/7) dan harga minyak kedelai di Dalian berakhir melesat 5,2% dan menjadi kenaikan terbesar sejak empat bulan.

Harga minyak kedelai yang melonjak tersebut dipicu oleh kekhawatiran akan cuaca dan short-covering. Minyak sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global. Maka dari itu, ketika harga minyak saingan naik maka harga CPO akan ikut terkerek naik.

Selain itu, pada Sabtu (16/7), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengeluarkan aturan baru untuk menghapus tarif pajak pungutan ekspor atas minyak sawit mentah dan turunannya. Aturan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 115 tahun 2022.

Kebijakan tersebut merupakan upaya untuk meningkatkan ekspor dan mengurangi persediaan CPO dalam negeri yang tinggi dan akan berlaku mulai 15 Juli hingga 31 Agustus 2022.

Menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) bahwa Indonesia harus mengekspor 6 juta ton minyak sawit hingga akhir Agustus jika ingin mengurangi tingkat persediaan yang membengkak.

“Pengumuman itu tidak mengejutkan karena pemerintah telah mengindikasikan rencananya untuk memotong retribusi sejak 6 Juli dan merupakan bagian dari serangkaian langkah yang diambil oleh pemerintah untuk membersihkan stok minyak sawit yang tinggi saat ini,” tutur Kepala Penelitian Perkebunan di CGS-CIMB Research Ivy Ng, dalam sebuah catatan dikutip dari Reuters.

Penghapusan pungutan ekspor sementara, nyatanya dapat memberikan angin segar bagi perusahaan produsen CPO, setidaknya dalam jangka pendek karena perusahaan dapat menurunkan biaya produksinya.

Saat ini, harga CPO diperdagangkan di level US$ 870 per ton, perusahaan harus membayar US$115 untuk setiap ton CPO yang mereka ekspor jika pungutan ekspor masih diterapkan.

“Tentunya juga akan mendorong kinerja perusahaan kelapa sawit dan menjadi sentimen positif bagi pergerakan harga saham di lantai bursa,” kata Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee.

Dia juga menambahkan bahwa saat ini merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan ekspor CPO untuk mengimbangi penurunan harga. Mengacu pada data Bursa Malaysia bahwa minyak berjangka telah turun setidaknya 55,5% dari puncaknya di bulan Maret 2022.

Sumber: cnbcindonesia