Pilih Usaha Pengolahan Berondolan Sawit Ketimbang Kerja Di Perusahaan

PANGKALAN BALAI, Canal Berita — Walau masih muda berumur 26 tahun, tak membuat Eko Nurrohmad bermalas-malasana, karir bagus di perusahaan sawit dan Pulp and paper tak membuat Eko juga terbuai, jutsru Eko memilih keluar dan menjadi wirausaha.

Bersama Saefudin (36), rekannya yang berprofesi sebagai toke sawit, Eko memilih membangun usaha pengolalahan berondolan sawit.

Tutur Eko, sebenarnya dirinya ingin membuat energi baru dan terbarukan (EBT) berbasis sawit. Tapi jalan untuk ke sana tampaknya harus mulai dari berondolan sawit dulu. Niat ingin membuat EBT didasari rasa penasaran terhadap perusahaan tempatnya bekerja dulu yang bisa mengubah pohon menjadi pulp and paper atau kertas.

Ia pun akhirnya memilih fokus membuat mesin pengolah berondolan sawit untuk kemudian diolah menjadi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dengan kadar asam lemak bebas (ALB) yang tinggi. Bersama Saefudin, Eko akhirnya mampu membuat pabrik kelapa sawit (PKS) mini dengan kapasitas 700 kilogram berondolan per hari.

Satu mesin secara komplet membutuhkan dana lebih Rp 300 juta,” kata Eko kepada InfoSAWIT, Senin (19/2022).

Mesin PKS mini itu dibuat di Kelurahan Talang Keramat, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin. Setelah sekitar 4 bulan berjalan, Eko dan tim malah berhasil mengangkat derajat ekonomi petani sawit swadaya yang berkebun sawit di kawasan Kelurahan Talang Keramat.

Kalau buah sawit petani di tingkat pengepul dihargai Rp 1.100/Kg, misalnya, maka kita berani beli buah sawit yang jadi berondolan sekitar Rp 1.800 sampai Rp 2.000/Kg,” kata Eko.

Sadar butuh tim dan dana yang kuat, Eko akhirnya membuka jalur kemitraan dan mempersilahkan petani sawit untuk memiliki PKS mini dengan sistem tanam saham.

Akhirnya sekarang ia dan timnya telah memiliki dua kemitraan PKS mini, yakni satu di Kelurahan Air Batu, Kecamatan Talang Kelapa, Banyuasin, dan satu lagi di Kecamatan Keluang, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba).

Biaya pembuatan PKS mini kemitraan itu, kata Eko, diungkapkan secara transparan ke mitra-mitranya. Kini Eko menghadapi tantangan baru, yakni harus mampu memproduksi 100 ton CPO ber-ALB tinggi dan mencari pasar untuk menampung produk yang mereka hasilkan tersebut.

Disclaimer: Artikel ini merupakan kerja sama Canalberita.com dengan infosawit.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, 
grafis,  video, dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab infosawit.com.