Ternyata Negara Tetangga Incar Beras RI, Ini Sebabnya

JAKARTA, Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi mengatakan, sejumlah negara tengah mengajukan permintaan impor beras dari Indonesia. Di sisi lain, dia menambahkan, selama 3 tahun terakhir, secara berturut-turut Indonesia tidak pernah mengimpor beras umum. Bahkan, kata dia, produksi beras nasional selalu surplus.

“Produktivitas padi RI itu nomor 2 setelah Vietnam. Setiap tahun surplus dan harga pun stabil. Sehingga berkontribusi positif bagi inflasi. Beras dan jagung relatif terkendali, aman” kata Suwandi dalam Squawk Box CNBC Indonesia, Kamis (4/8/2022)

Hal itu, kata dia, hasil kerja petani di Indonesia. Termasuk upaya pemerintah memacu ekstensifikasi dan intensifikasi, menaikkan produksi dan produktivitas padi. Tidak hanya di 7,4 jutaan ha lahan baku sawah, tapi juga lahan-lahan lain yang bisa dimanfaatkan seperti ladang tadah hujan.

“Selain itu, terjadi peningkatan akses KUR pertanian. Di tahun 2021, akses KUR itu mencapai Rp85 triliun, dimana Rp14-16 triliun itu khusus padi dan penggilingan. Lalu, kondisi iklim dimana serangan hama penyakit dan banjir relatif berkurang. Sehingga, yang pusa (gagal panen) di bawah ambang toleransi,” kata Suwandi.

“Ini juga terima kasih karena Kementerian PUPR membangun 29, sebentar lagi ada 9 bendungan, target sampai 2024. Ini semua membantu perbaikan, termasuk peningkatan kapasitas petani,” tambahnya.

Hasilnya, imbuh dia, produksi beras Indonesia masih tercatat surplus.

“Sehingga, negara lain pun mengirimkan surat resmi ke pemerintah, meminta (beras) ke Indonesia. China itu minta 2,4 juta ton. Ada juga Brunei dan Timur Tengah. Tapi kami menunggu arahan dari pimpinan,” ujar Suwandi.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, angka tetap untuk tahun 2021, dimana luas panen padi mencapai sekitar 10,41 juta ha, mengalami penurunan sebanyak 245,47 ribu ha atau 2,30% dibandingkan luas panen padi di 2020 yang sebesar 10,66 juta ha.

Produksi padi tahun 2021 adalah 54,42 juta ton gabah kering giling (GKG).

“Mengalami penurunan sebanyak 233,91 ribu ton atau 0,43% dibandingkan produksi padi tahun 2020 yang sebesar 54,65 juta ton GKG,” demikian mengutip BPS tentang Angka Tetap Produksi Padi tahun 2024, dikutip Kamis (4/8/2022).

Di sisi lain, BPS telah mengumumkan inflasi Indonesia periode Juli 2022 semakin tinggi. Kepala BPS Margo Yuwono memaparkan, laju inflasi domestik bulan Juli adalah 0,64% secara bulanan, lebih tinggi dibandingkan Juni 2022 yang sebesar 0,61%. Dan 4,95% secara tahunan.

Dimana, pemicu inflasi adalah dari kenaikan harga cabai merah tarif angkutan udara, bawang merah dan cabai rawit serta bahan bakar rumah tangga, termasuk tarif listrik.

(sumber: cnbcindonesia.com)