Putin Jadi ‘Sandera’ di Ukraina, Maju Kena Mundur Kena

JAKARTA,canalberita.com- Perang Rusia di Ukraina yang berkepanjangan dinilai telah menjadi bumerang bagi Presiden Vladimir Putin. Pemimpin itu disebut kini ‘tersandera’ dalam konflik tersebut.

Adapun, menurut Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina, Rusia kini telah kehilangan sekitar 44.000 tentaranya. Penghitungan harian terbarunya pada Rabu juga mengonfirmasi bahwa kerugian terberat baru-baru ini terjadi di Kharkiv dan Donetsk.

Putin pun diketahui telah menghadapi kesulitan besar selama invasi setelah banyak kemunduran, termasuk perlawanan sengit Ukraina dan masalah teknis.

Ada juga masalah pasokan karena sistem logistik militer Rusia yang rusak yang telah dihancurkan oleh serangan Ukraina.

Profesor Nikolai Petrov adalah peneliti senior Program Rusia dan Eurasia di Chatham House mengatakan Putin saat ini menjadi sandera dari keputusan yang dia buat.

“Sepertinya tidak ada pilihan, dia harus meningkatkan tekanannya pada Ukraina, karena dia telah membayar harga yang sangat besar, yang jauh lebih besar dari yang bisa dibayangkan sebelum membuat langkah ini,” tuturnya kepada Express, dikutip Kamis (18/8/2022).

Menurutnya, untuk membenarkan tindakannya, Putin terus mencoba meyakinkan para elite dan pejabat Rusia bahwa langkah yang diambilnya memiliki banyak manfaat.

Namun, dalam beberapa minggu terakhir ada peningkatan peringatan bahwa Putin akan menghadapi kemarahan para orang tua Rusia yang menuntut penarikan pasukan Rusia saat mereka mengetahui bagaimana putra mereka sekarat di Ukraina.

Petrov pun berpendapat Ukraina telah memenangkan perang dalam “moralitas” dan telah menyerukan agar pertempuran dihentikan.

“Dalam pandangan saya, perang harus dihentikan sesegera mungkin. Kita dapat mengatakan bahwa Ukraina sudah menang secara moral, tetapi tidak bisa menang secara militer karena kekuatannya sangat tidak proporsional,” katanya.

Menurutnya, sangat wajar NATO dan negara-negara Barat lainnya tidak ingin terlibat secara langsung mengingat ada ancaman nuklir dan lainnya.

“Ukraina harus melakukan yang terbaik untuk membuat kesepakatan apa pun demi mencapai semacam kompromi untuk gencatan senjata dan mendorong pasukan Rusia keluar dari Ukraina,” ujarnya.

Sumber: cnbcindonesia