Inflasi AS Melambat, Melonggarkan Tekanan the Fed

WASHINGTON, canalberita.com — Inflasi AS naik 8,5% pada Juli dari tahun lalu, melambat dari 9,1% di bulan sebelumnya, ditopang penurunan harga bensin. Inflasi Juli lebih rendah dibanding perkiraan pasar.

Pada basis bulanan, harga datar karena harga energi turun 4,6% dan bensin turun 7,7%. Menurunnya harga energi dan BBM mengimbangi kenaikan bulanan 1,1% dalam harga pangan dan peningkatan 0,5% dalam biaya tempat tinggal.

Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan headline inflasi meningkat 8,7% secara tahunan dan 0,2% bulanan.

Inflasi inti (core CPI), yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak, naik 5,9% secara tahunan dan 0,3% bulanan, dibandingkan dengan perkiraan masing-masing sebesar 6,1% dan 0,5%.

Pasar bereaksi positif terhadap laporan inflasi, dengan kontrak berjangka Dow Jones Industrial Average naik lebih dari 400 poin dan imbal hasil obligasi pemerintah turun tajam.

“Segalanya bergerak ke arah yang benar,” kata Aneta Markowska, kepala ekonom di Jefferies. “Ini adalah laporan paling menggembirakan dalam beberapa waktu.”

Laporan tersebut merupakan kabar baik bagi para pekerja, yang mengalami kenaikan bulanan sebesar 0,5% dalam upah riil. Penghasilan per jam rata-rata yang disesuaikan dengan inflasi masih turun 3% dari tahun lalu.

Meskipun tekanan inflasi agak mereda tetapi masih tetap mendekati level tertingginya sejak awal 1980-an.

Rantai pasokan yang tersumbat, permintaan barang yang terlalu besar daripada jasa, dan triliunan dolar dalam stimulus fiskal dan moneter terkait pandemi telah menciptakan harga tinggi dan di sisi lain, pertumbuhan ekonomi yang lambat menjadi tantangan para pembuat kebijakan.

Sementara inflasi memanas, produk domestik bruto AS terkoreksi untuk dua kuartal pertama tahun 2022. Kombinasi antara pertumbuhan yang lambat dan kenaikan harga dikaitkan dengan stagflasi. Angka inflasi hari Rabu bisa membuat The Fed sedikit melonggarkan kebijakan.

Komentar terbaru dari the Fed mengarah ke kenaikan suku bunga 0,75 poin persentase ketiga berturut-turut pada pertemuan September. Namun, menyusul laporan inflasi CPI, pasar sekarang mengantisipasi peluang yang lebih baik untuk pergerakan 0,5 poin persentase yang lebih rendah.

 

beritasatu