Harga Emas Terus Turun, Resesi Gak Ngaruh?

JAKARTA, canalberita.com–Harga emas dunia sepanjang pekan ini melemah 0,88% secara point-to-point. Ini jadi pekan ketiga beruntun harga emas turun secara mingguan.

Kekhawatiran akan resesi nampaknya masih belum mampu melawan komitmen bank sentral Amerika Serikat untuk menahan laju inflasi.

Pada perdagangan Jumat harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.810,18 per troy ons. Harga emas menguat 0,18% dibanding hari sebelumnya.

Harga emas kemarin sempat jatuh ke bawah US$ 1.800/troy ons untuk pertama kalinya sejak 31 Januari tahun ini atau dalam lima bulan terakhir.

Dalam lima hari perdagangan hanya satu hari saja emas menguat yakni pada Jumat lalu karena aksi beli murah para investor. Sejak Senin hingga Kamis harga emas dunia terus melemah.

Harga emas dunia bergerak fluktuatif terjebak di antara risiko resesi yang meningkatkan minat beli emas dan kenaikan suku bunga untuk melawan inflasi.

Data-data ekonomi yang dirilis oleh Amerika Serikat menunjukkan bahwa negara adidaya tersebut sedang tidak baik-baik saja. Pertumbuhan ekonomi AS pada mencapai -1,6% secara kuartalan pada triwulan pertama 2022.

Juga dengan rilis data konsumsi masyarakat (PCE), di mana masih berada di angka 6,3% yang artinya masih tinggi.

Emas sendiri selalu dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, biasanya menguntungkan selama ketidakpastian ekonomi. Namun kenaikan suku bunga meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan karena tidak menghasilkan bunga.

“Angka PDB yang sedikit lebih lemah dari perkiraan terus menyebarkan kekhawatiran potensi bergerak menuju situasi resesi. Akibatnya, kita bisa melihat pergerakan menuju aset safe-haven,” kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.

“Namun, pasar emas terus berada dalam situasi tarik menarik karena Fed berkomitmen kuat untuk memerangi inflasi.”

Ketua bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserves/The Fed) menyatakan komitmen tidak akan membiarkan ekonomi jatuh ke dalam “era inflasi yang lebih tinggi”. Bahkan jika itu berarti menaikkan suku bunga membahayakan pertumbuhan ekonomi.

“Waktunya agak berjalan pada berapa lama Anda akan tetap berada dalam rezim inflasi rendah. Risikonya adalah karena banyaknya guncangan, Anda mulai beralih ke rezim inflasi yang lebih tinggi, dan tugas kami adalah benar-benar mencegahnya. dari terjadi dan kami akan mencegah hal itu terjadi,” kata Powell pada konferensi Bank Sentral Eropa.

Sehingga harga emas dunia diperkirakan masih berada dalam tekanan jika bank sentral bertahan pada mode agresif untuk menaikkan suku bunganya.

Sumber: cnbcindonesia