Krisis Pekerja, Industri Sawit Hingga Manufaktur Malaysia Kehilangan Potensi Laba

KUALA LUMPUR, canalberita.com – Perusahaan Malaysia dari perkebunan kelapa sawit hingga pembuat semikonduktor terpaksa harus menolak beragam pesanan dan mengabaikan miliaran potensi penjualan, lantaran terhambat oleh kekurangan lebih dari satu juta pekerja yang mengancam pemulihan ekonomi negeri Jiran itu.

Meskipun Malaysia telah membuka kembali masuknya tenaga kerja paska larangan akibat Covid-19 pada bulan Februari 2022 lalu, namun belum nampak masuknya para pekerja migran yang signifikan karena lambatnya persetujuan pemerintah dan negosiasi yang berlarut-larut dengan Indonesia dan Bangladesh mengenai perlindungan pekerja.

Malaysia tercatat sangat bergantung pada ekspor, mata rantai utama dalam rantai pasokan global, bergantung pada jutaan orang asing untuk pekerjaan di sektor pabrik, perkebunan sawit, dan jasa yang dijauhi oleh penduduk setempat karena dianggap kotor, berbahaya, dan sulit. Produsen, yang membentuk hampir seperempat dari ekonomi, takut kehilangan pelanggan ke negara lain karena pertumbuhan meningkat.

“Meskipun optimisme yang lebih besar dalam prospek dan peningkatan penjualan, beberapa perusahaan sangat terhambat dalam kemampuan mereka untuk memenuhi pesanan,” kata Presiden Federasi Produsen Malaysia, Soh Thian Lai, seperti dilansir business-standard.

Sementara diungkapkan, Direktur Eksekutif perusahaan sawit United Plantation, situasinya sudah mengkhawatirkan. “Kondisi ini sangat mirip harus memainkan permainan sepak bola melawan 11 orang tetapi hanya diizinkan untuk memasukkan tujuh orang,” katanya.

Malaysia setidaknya kekurangan 1,2 juta pekerja di seluruh manufaktur, perkebunan sawit dan konstruksi, kekurangan yang semakin memburuk setiap hari karena permintaan tumbuh dengan meredanya pandemi, data industri dan pemerintah menunjukkan.

 

Produsen mengatakan mereka kekurangan 600 ribu pekerja, konstruksi membutuhkan 550 ribu, industri kelapa sawit melaporkan kekurangan 120 ribu pekerja, pembuat chip kekurangan 15 ribu dan tidak dapat memenuhi permintaan meskipun kekurangan chip global, dan pembuat sarung tangan medis mengatakan mereka membutuhkan 12 ribu pekerja.

Industri minyak kelapa sawit, yang menyumbang 5% terhadap perekonomian negara, melaporkan sebanyak 3 juta ton buah sawit tidak diolah tahun ini karena buah busuk tidak dipetik, yang berarti kerugian lebih dari US$ 4 miliar.

Industri sarung tangan karet memperkirakan US$ 700 juta pendapatan yang hilang tahun ini jika kekurangan tenaga kerja terus berlanjut.

Kementerian Sumber Daya Manusia Malaysia, yang bertanggung jawab untuk menyetujui penerimaan pekerja asing, tidak menanggapi pertanyaan Reuters untuk mengomentari krisis tenaga kerja dan dampak ekonominya.

Pada bulan April, Menteri M. Saravanan mengatakan perusahaan telah meminta untuk mempekerjakan 475 ribu pekerja migran tetapi kementerian hanya menyetujui 2.065, menolak beberapa karena informasi yang tidak lengkap atau kurangnya kepatuhan terhadap peraturan.

Sumber: infosawit.com