Kemenperin Bakal Gaet Jerman Kerja Sama Hilirisasi Industri

Jakarta, canalberita.com –– Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita membuka peluang pengembangan hilirisasi industri serta energi baru terbarukan (EBT) dengan perusahaan Jerman.
Sebab, ia mengatakan hilirisasi mampu meningkatkan nilai tambah komoditas, seperti kelapa sawit.

“Kami melihat teknologi yang digunakan oleh Ecogreen Oleochemical dapat mendukung hilirisasi industri di Indonesia. Karenanya kami berdialog dengan Ecogreen Oleochemical untuk membuka peluang tersebut,” ujarnya seperti dikutip dari Antara, Senin (30/5).

Hal itu Agus sampaikan dalam rangkaian kunjungan kerja di Eropa, yakni saat melakukan pertemuan dengan dua perusahaan industri di Jerman.

Kunjungan pertama dilakukan ke Ecogreen Oleochemicals yang merupakan industri produsen fatty acid dan produk-produk lain hasil hilirisasi kelapa sawit.

Produk-produk yang dihasilkan melalui teknologi mutakhir dari perusahaan tersebut digunakan oleh industri lain sebagai bahan baku untuk produk deterjen, komponen perawatan kulit dan kosmetik, bahan kimia pertanian, industri tekstil, industri percetakan, industri makanan, dan obat-obatan.

Agus mengatakan dalam 10 terakhir ekspor produk turunan kelapa sawit dari Indonesia meningkat signifikan, dari 20 persen pada 2010 menjadi 80 persen pada 2020.

Saat ini, 168 produk hilir CPO berproduksi di Indonesia. Pada 2011 silam, hanya ada 54 jenis produk hilir CPO.

Selain itu, nilai ekspor produk sawit pada 2021 juga meningkat 56,63 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Di sisi lain, Agus mengklaim program B30 yang merupakan salah satu produk dari kebijakan hilirisasi kelapa sawit, telah mampu mengurangi impor solar sebesar 9,02 juta kiloliter pada 2021.

Artinya, terdapat penghematan devisa US$4,54 miliar atau setara dengan Rp64,45 triliun. Program ini juga mampu mengurangi emisi Gas Rumah Kaca sekitar 24,4 juta ton setara CO2.

Agus juga melakukan pertemuan dengan APUS Group, yang memiliki inisiatif APUS Zero Emission. Sebagai agensi desain European Aviation Safety Agency (EASA), APUS Group meneliti bagaimana hidrogen dapat digunakan secara aman dan ekonomis.

“Hasil penelitian dan pengalaman dari berbagai proyek dan kerja sama diterapkan dalam produk APUS i-2 dan APUS i-5 untuk membangun pesawat hybrid-listrik sel bahan bakar hidrogen dengan kinerja yang sangat baik,” terang dia.

Agus menerangkan hidrogen merupakan sumber energi alternatif untuk bahan bakar yang bisa diterapkan bagi sektor industri, transportasi, pembangkit listrik, tenaga portabel, dan sektor lainnya.

Pemerintah melalui Kemenperin mulai menginisiasi penerapan pemanfaatan hidrogen di Indonesia, baik sebagai sumber tenaga pembangkit listrik maupun sebagai bahan bakar untuk moda transportasi darat, udara, dan laut.
Hidrogen sebagai pengganti energi fosil saat ini masih dikembangkan di sektor pembangkit listrik. Kini, teknologinya merupakan hybrid dengan kombinasi hidrogen dan gas alam (grey hydrogen), yang masih menghasilkan emisi karbon.

“Kami berharap untuk dapat memasukkan hidrogen biru pada tahap berikutnya,” ujar Agus.

Dalam roadmap industri otomotif nasional, Kemenperin telah menetapkan target 20 persen penggunaan kendaraan berbasis baterai listrik pada 2025. Teknologi fuel cell berbasis hidrogen untuk produksi industri kendaraan ramah lingkungan juga termasuk di dalamnya.

Sumber: https://www.canalberita.com/