Kekayaan Bos CPO Siap-siap Tergerus, Harga CPO Anjlok
CANALBERITA.COM – Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) anjlok di sesi pembukaan perdagangan pada hari ini, Selasa (17/5/2022), setelah pekan lalu turun 0,48%. Bagaimana tren ke depan?
Mengacu pada data kepada Refinitiv, pukul 09:45 WIB harga CPO di banderol di level MYR 6.207/ton atau anjlok 2,54%.
Dengan begitu, harga CPO masih drop 1,45% secara bulanan, tapi tetap naik secara tahunan sebesar 42,9%.
Namun, Wang Tao, Analis Komoditas Reuters, menilai bahwa harga CPO hari ini dapat bergerak naik ke titik target MYR 6.602/ton, karena berhasil stabil di sekitar titik support di MYR 6.290/ton. Sementara penembusan di bawah titik support, dapat membuka jalan menuju kisaran MYR 6.097-6.190/ton.
Pada Jumat (13/5), harga CPO berakhir naik tipis sebanyak 0,43% ke MYR 6.369/ton (US$ 1.337,45/ton), menjelang akhir pekan yang panjang, didukung oleh harapan ekspor bulan Mei yang kuat, di tengah larangan ekspor CPO Indonesia.
Sementara itu, kontrak berjangka minyak sawit mentah di Bursa Malaysia tidak diperdagangkan pada Senin (16/5/2022) karena Malaysia juga libur untuk memperingati Hari Waisak 2022.
Melansir data dari Diler Kargo Surveyor Intertek Testing Services bahwa nilai ekspor produk minyak sawit Malaysia periode 1-15 Mei naik 20,6% menjadi 569.233 ton dari 472.181 ton.
“Sawit pulih dari kerugian besar kemarin karena prospek ekspor yang kuat untuk Mei tapi kenaikan masih rapuh dengan perdagangan pasar yang bergejolak,” tutur Sathia Varqa Pendiri Palm Oil Analytics Singapura yang dikutip dari Reuters.
Dia juga menambahkan bahwa elemen bearish tetap ada, terutama pada ekspektasi terhadap pemerintah Indonesia untuk merevisi larangan ekspornya dan penguncian yang berkepanjangan di pasar utama China karena berupaya membendung wabah Covid-19.
Larangan ekspor CPO Indonesia nyatanya juga membuat petani minyak kelapa sawit di Indonesia kesulitan dalam beberapa pekan terakhir. Seperti yang di wartakan Reuters, sejak pemerintah Indonesia memberlakukan larangan ekspor CPO pada akhir April lalu, harga tandan buah segar sawit (TBS) turun 30%-50%.
Sebelum larangan ekspor CPO, petani di wilayah Sumatera yang merupakan pulau penghasil minyak sawit terbesar kedua di Indonesia setelah Kalimantan, dapat memperoleh rata-rata Rp 3.000 untuk setiap kilogram TBS atau setara dengan US$0,2/kg.
Namun, setelah larangan ekspor CPO diberlakukan, petani hanya bisa mendapatkan kurang dari setengah jumlah tersebut, yang berkisar antara Rp1.000-Rp1.500/kg TBS.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memperingatkan bahwa larangan tersebut akan mengganggu kestabilan harga TBS dan memicu penghentian sementara pemrosesan dan pemanenan minyak sawit.
Tidak hanya itu, Data Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menunjukkan sejak larangan ekspor berlaku, sekitar 25% dari 1.118 perusahaan kelapa sawit di Indonesia telah berhenti membeli TBS, menyebabkan setidaknya 3 juta petani di seluruh negeri merugi Rp 11,7 triliun dari total pendapatan.
Pada Minggu (15/5), petani buah sawit mengirim surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) menuntut pemerintah mencabut larangan ekspor karena kebijakan tersebut telah menghancurkan kondisi ekonomi mereka.
(sumber: cnbcindonesia.com)