Berkat Indonesia, Harga Sawit Bakal Melejit!

CANALBERITA.COM – Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) pada penutupan perdagangan kemarin (17/1/2022). Koreksinya pun lumayan dalam, mencapai 1,74% di MYR 5.034/ton. Ke depan, bagaimanakah nasib harga CPO?

Hari ini, Bursa Malaysia tutup memperingati Hari Tahipusam. Jadi kontrak CPO tidak diperdagangkan.

Dikutip dari Reuters, minyak sawit berjangka Malaysia naik lebih dari 1% pada hari kemarin karena produsen utama Indonesia sedang merencanakan untuk menguji biofuel dengan kandungan sawit yang lebih tinggi pada Februari mendatang. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana untuk menguji jalan program biodiesel menggunakan 40% bio-konten (B40) berbasis kelapa sawit.

Kementrian ESDM berencana menguji dua jenis campuran b40 dengan menggunakan 30% fatty acid methyl ether (FAME) dan 10% distilasi palm methyl ester (DPME), dan satu lagi menggunakan 30% FAME dan 10% diesel berbasis sawit yang dikenal sebagai diesel hijau.

“Penggunaan B40 harus diikuti dengan peningkatan kualitas, baik biodiesel maupun solar,” kata Dadan Kusdiana, Dirjen ESDM.

Kusdiana mengatakan uji jalan akan memakan waktu sekitar lima bulan dan keputusan penerapan wajib B40 akan diputuskan setelah pengujian selesai. Pemerintah telah merencanakan untuk meluncurkan program B40 dari tahun 2021 hingga 2022, tetapi harga minyak nabati yang tinggi membuat terlalu mahal. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memperkirakan B40 akan tertunda lebih dari tahun ini.

Pengembangan biodiesel menjadi salah satu program percepatan pengembangan energi baru yang tengah diupayakan pemerintah. Tercatat pada 2019, biodiesel memberikan kontribusi yang besar sekitar 30% dari total capaian bauran Energi Baru Terbarukan (EBT).

“Berita ini telah mendukung sentimen bullish dalam minyak sawit dengan banyak rumor yang menunjukkan bahwa Indonesia akan membatasi ekspor minyak sawit mentah,” kata Anilkumar Bagani kepala penelitian pialang minyak nabati Sunvin Group yang berbasis di Mumbai.

Menurut riset Refinitiv Agrikultur, dalam jangka pendek harga CPO akan ditopang oleh pasokan yang terus-menerus ketat di tengah kekurangan tenaga kerja yang berkepanjangan dan kerugian produksi di Malaysia. Tercatat bahwa ekspor dari Malaysia turun antara 32% hingga 45% pada periode 1-15 Januari dari periode yang sama di bulan Desember. Oleh karena itu, masih ada peluang harga CPO naik lagi.

(sumber: cnbcindonesia.com)