Warga Desa Fajar Harapan: Kami Transmigrasi Gagal, “Tidak Ada BMB Tidak Ada Kehidupan”

CANALBERITA.COM-Pembangunan perkebunan sawit adalah salah satu upaya pemerinah daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di daerah. Terutama bagi daerah-daerah pemekaran yang masih mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN).

Seperti halnya Kabupaten Gunung Mas sejak dimekarkan pada tahun 2002 lalu hingga kini masih belum mampu membiayai kebutuhan daerah yang bersumber dari PAD dan masih mengandalkan dana transperan pusat (Dana Alokasi Umum/DAU, Dana Alokasi Khusus/DAK dan Dana Bagi Hasil). Maka degan hadirnya investor perkebunan kelapa sawit, diharapkan mampu menambah pembiayaan daerah.

Lebih dari itu, sektor perkebunan kelapa sawit menciptakan peluang lapangan pekerjaan bagi masyarakat daerah, terutama masyarakat yang berada di sekitar perkebunan kelapa sawit. Kelapa sawit juga sebagai sumber ekonomi alternatif bagi para petani, seperti petani di eks transmigrasi Desa Fajar Harapan, Kecamatan Manuhing, Kabupaten Gunung Mas yang kini rata-rata beralih dan sukses menjadi petani kelapa sawit.

Kepala Desa Fajar Harapan, Kecamatan Manuhing, Kabupaten Gunung Mas, Wahidin mengatakan, masyarakat telah merasakan betul manfaat dari kehadiran perkebunan besar swasta (PBS) kelapa sawit PT Berkala Maju Bersama (BMB) di wilayah tersebut.

Menurut Wahidin, kehadiran PT BMB telah memberikan nilai tambah yang tinggi di sektor perekonomian bagi petani kelapa sawit sekitar. Tak hanya itu, kehadiran PT BMB telah menciptakan lapangan kerja yang berperan besar dalam penurunan tingkat pengangguran di wilayah tersebut.

“Sebelum ada PBS kita disi bekerja serabutan. Ada yang meninggalka desa hanya untuk mencari pekerjaan, tapi kini banyak yang kembali kedesa baik sebagai tenaga kerja di perusahan ada juga yang mengelola lahannya bertanam kelapa sawit,” ucapnya.

Terkait harga penjualan kelapa sawit, diakui Wahidin saat ini hanya PT BMB yang membeli tandan buah segar (TBS) kelapa sawit diatas rata-rata. “Saat ini mungkin BMB yang paling tinggi membeli TBS kelapa sawit dari masyarakat. Jadi kami sangat terbantu terkait penjualan TBS sawitnya,” tukasnya.

Sementara itu, Rasmono salah satu warga Transmigrasi di Desa Fajar Harapan menceritakan panjang lebar tentang kehidupan masyarakat Transmigrasi sejak penempatan pada tahun 1996 hingga hadirnya perkebunan kelapa sawit, seperti PT Berkala Maju Bersama (BMB) pada tahun 2011. Bahkan ia mengatakan,  seperti tak ada harapan kehidupan sebelum hadirnya perkebunan kelapa sawit.

Warga Trans Bealawan Jaya, Bangun Sari, Sumber Harjo dan Sumber Raya hanya mengandalkan pekerjan sebagai pekerja serabutan. Sementara hasil pertanian, kala itu sebelum hadirnya perkebunan kelapa sawit terkendala akses jalan.

“Kita berjalan kaki puluhhan kilo meter hanya untuk memasarkan hasil pertanian menuju Tumbang Talaken Ibukota Kecamatan Manuhing. jadi sebelum ada perkebunan kelapa sawit kita terkendala akses jalan,” katanya.

Bagi yang mampu bertahan dengan kehidupan yang serba terbatas ucapnya, akan tetap bertahan di pemukiman Transmigrasi. Namun bagi keluarga yang tidak mampu bertahan akan pergi meninggalkan pemukiman Transmigrasi.

“Seperti saya ini, sempat keluar dari pemukiman trans dan bekerja serabutan bahkan sempat pulang ke Jawa (daerah asal, red). Tapi sekarang saya kembali  sejak ada perkebunan kelapa sawit. Jadi ibarat kata, tidak ada PT BMB tidak ada kehidupan,” tukas Rasmono.

(red/adv-6)