UKM Sawit Untuk Kesejahteraan Petani Di Liberia

canalberita.com — Perjalanan usahanya dimulai dari sebuah liburan natal di tahun 2012. Ketika itu Mahmud memutuskan pulang ke kampung halaman di Liberia saat sedang kuliah di Amerika Serikat. Mahmud Johnson tertegun saat mendengar keluhan sang bibi bahwa kesulitan pasokan membuat usaha minyak kelapa sawitnya diambang kebangkrutan.

Tak hanya cukup dengan mendengar, pemuda kelahiran tahun 1991 itu pun melakukan riset untuk mengetahui lebih banyak pangkal permasalahan yang ada.

Temuannya membuka jalan pendirian Usaha Kecil Menengah (UKM) J-Palm. Dalam tujuh tahun perjalanan usaha, J-Palm telah meningkatkan penghasilan sampai 260 persen bagi 500 lebih petani sawit di sepuluh kabupaten di Liberia serta menyediakan lapangan kerja bagi 500 generasi muda setempat yang menjadi agen pemasaran.

Teknologi untuk Efisiensi

“Saya selalu tertarik dengan kewirausahaan, bagaimana ia menjadi solusi untuk mengatasi kemiskinan dan memperluas kesempatan meraih pendidikan,” Kata Mahmud dalam salah satu video profil J-Palm.

Mahmud adalah lulusan Ekonomi perguruan tinggi Dartmouth College, New Hamsphire, Amerika Serikat, melalui program beasiswa Richard D. Lombard ‘53 Public Service Fellowship. Maka ketika mendengar keluhan kebangkrutan usaha bibinya yang menjadi penampung minyak sawit dari petani ke konsumen di perkotaan, Mahmud terpanggil untuk mempraktikkan ilmu dan keyakinan yang dimiliki.

“Mengapa Liberia dimana pohon sawit bertebaran dimana-mana justru kekurangan pasokan minyak sawit?” Pertanyaan ini terus muncul dari pikiran Mahmud.

Riset Mahmud menemukan produksi olahan sawit di wilayahnya ternyata masih menerapkan konsep tradisional yang terlalu banyak melibatkan tenaga kerja dan waktu.

Bayangkan jika pemerasan harus dilakukan dengan tangan dan pengolah harus berdiri selama 8 – 10 jam di dekat perapian besar untuk mendapatkan 20 kg minyak sawit. Itupun dengan harga yang tidak memadai untuk kebutuhan standar semisal menyekolahkan anak-anak mereka.

Tidak mengherankan bila 35 persen buah sawit yang matang di pepohonan di Liberia akhirnya tidak terolah. Sementara 65 persen materi hanya menghasilkan separuh dari hasil yang diharapkan akibat inefisiensi pengerjaan ekstraksi dengan menggunakan tangan.

Temuan riset mulai menggerakkan Mahmud untuk mencari solusi. Ia mendengar bahwa sebuah lembaga bantuan dari Amerika Serikat menggelar proyek pengalihan teknologi. Produsen mesin setempat mendapat pelatihan pendirian pabrik olahan sawit berskala kecil tanpa listrik. Mahmud menyadari bahwa inilah jalan keluar yang tepat untuk produksi di tingkat petani.

Mahmud mendirikan J-Palm di tahun 2013 tetapi baru setahun kemudian produk perdana mulai dipasarkan. Ia melakukan penjajakan untuk instalasi mesin pengolah di kalangan petani namun lebih banyak yang melecehkan tawaran bermitranya. “Saya anak muda menyampaikan ke mereka kalau saya bisa memperbaiki hasil panen sawit. Tentu saja mereka tidak percaya begitu saja.” Mahmud menyampaikan kemafhumannya kepada situs www.howmadeitinafrica.com.

Sampai akhirnya satu desa setuju untuk memakai mesin yang ia ajukan. Hasil kerja mesin segera menunjukkan efisiensi: Lama pemrosesan minyak menurun sampai 90%, hasil produksi naik sampai 50%, penghasilan pun ikut melonjak. Tidak perlu waktu lama bagi desa-desa lain untuk mengikuti jejak percontohan ini. Delapan komunitas segera bergabung dan kini sedikitnya 500 petani sawit menyalurkan produksi minyak kelapa sawitnya pada J-Palm. “Sebelumnya para penghasil minyak sawit berpenghasilan $33 per bulan. Dalam waktu tiga bulan, pendapatan mereka naik sampai $100 setiap bulan,” Kata Mahmud pada situs berita CNN.

(Sumber: InfoSAWIT)