Teknologi, ‘Senjata’ Dongkrak Ekosistem Syariah

canalberita.com — Seiring dengan perkembangannya, teknologi saat ini menjadi senjata perbankan syariah menjalankan maqasidh syariah. Kekuatannya mampu memperluas akses dan jangkauan, mempermudah segala transaksi keuangan, sehingga membawa manfaat lebih besar bagi masyarakat luas.

Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Hery Gunardi menyampaikan, transformasi digital adalah inti dari arah pengembangan perusahaan untuk bisa bersanding dengan jajaran bank syariah kelas dunia. “BSI akan terus meningkatkan kapabilitas digital, kita ingin solusi digital BSI memenuhi segala kebutuhan mulai dari finansial, sosial, dan spiritual,” katanya saat Paparan Kinerja BSI kuartal II 2021, beberapa waktu lalu.

Inisiatif digital BSI diarahkan pada konsep bionic banking yang merupakan pengembangan layanan perbankan dengan mengalihkan beberapa layanan ke ranah digital. Meski keberadaan cabang masih tetap berperan, untuk layanan yang lebih kompleks dan membutuhkan arahan talenta syariah.

Transaksi yang tidak terlalu rumit akan diarahkan menggunakan layanan digital, salah satunya berpusat di mobile banking, BSI Mobile. Sedangkan transaksi yang lebih kompleks seperti produk investasi, pembiayaan wholesale, dan lainnya akan diarahkan melalui cabang. “Misalnya yang perlu saran, diskusi, penjelasan, ya, tetap melalui cabang,” ujar Hery.

Ini membuat BSI harus menggenjot kapasitas mobile banking BSI agar multifungsi. Hery mengatakan BSI Mobile akan menjadi SupperApps yang tidak hanya menyediakan layanan transaksi perbankan, tapi juga menjadi sumber gaya hidup Muslim.

BSI Mobile menyediakan ekosistem bagi nasabah dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Tidak hanya kemudahan transaksi perbankan yang sekadar cek saldo rekening, transfer, pembayaran e-commerce, pembayaran tagihan, pulsa, hingga tarik tunai tanpa kartu, tapi juga menyediakan ekosistem berbagi melalui lembaga-lembaga filantropi Islam, jadwal sholat, hingga informasi ketersediaan tempat sholat terdekat.

 

Transaksi digital meningkat

Upaya menggenjot kelengkapan layanan dalam satu aplikasi ini, telah berhasil membuat volume transaksi kanal digital BSI per kuartal II 2021 terus meningkat. Hingga Juni 2021, nilai transaksi kanal digital BSI sudah menembus Rp 95,13 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari transaksi melalui layanan BSI Mobile yang naik 83,56 persen secara tahunan.

Jika dirinci, sepanjang Januari-Juni 2021, volume transaksi di BSI Mobile mencapai Rp 41,99 triliun. Jumlah tersebut mengalami pertumbuhan pesat hingga 109,82 persen secara tahunan. Hal ini didorong oleh jumlah pengguna mobile banking yang sudah tembus 2,5 juta pengguna.

Kinerja digital yang sangat menjanjikan ini juga membawa dampak signifikan secara sosial. Mobile banking syariah tidak hanya menghadirkan, tapi juga menyoroti fitur berbagi dengan sesama. Masyarakat jadi mudah menunaikan zakat, infak, sedekah, dan wakaf (Ziswaf) kepada lembaga nazhir dan lembaga amil zakat.

Per Maret lalu, BSI mencatat sekitar Rp 3,26 miliar dana Ziswaf terkumpul melalui aplikasi BSI Mobile. Jumlah sumbangan ini berasal dari 99 ribu donatur, yang total transaksinya mencapai 303 ribu pada periode tersebut.

Ketua Dewan Pakar Pengurus Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) yang juga Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengatakan transformasi digital dan pembangunan ekosistem digital syariah sangat mutlak diperlukan. Indonesia dalam keadaan mendesak untuk merealisasikan potensi yang selama ini hanya bisa digembar-gemborkan dan dibanggakan.

Demi kemaslahatan dan mengurangi kesenjangan ekonomi sosial yang semakin lebar di masyarakat, maka merancang dan mengimplementasikan proyek keuangan sosial adalah wajib. Ini akan berdampak pada kemajuan ekonomi keuangan syariah dan membantu perekonomian nasional.

“Kita sangat perlu membentuk kolaborasi dan sinergi yang intens antara sektor keuangan syariah komersial dengan sosial, mendesain digitalisasinya agar proses penghimpunan dan penyaluran jadi lebih efektif,” katanya saat Forum Muhadatsah Dewan Pakar PP MES edisi kedua pada Sabtu (7/8) lalu.

Pengembangan ekosistem tersebut tentu perlu dilakukan secara berjamaah agar dapat mendorong kesejahteraan secara berkelanjutan bagi umat. Indonesia jelas punya bahan bakar utama untuk mencapainya.

 

Peran milenial

Pakar Marketing yang juga Managing Partner Inventure, Yuswohady mengatakan pamor digital tidak terlepas dari peran milenial yang disebutnya momentum milenial megashift. Gaya hidup yang serba praktis dan pesat membuat digital jadi syarat utama adopsi sebuah layanan, termasuk perbankan.

“Keberadaan milenial setidaknya mengubah lima hal penting yang bisa dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan,” katanya dalam webinar Millennial Muslim Megashifts, The Birth of Gen-Sy (Generasi Syariah), beberapa waktu silam.

Lima hal tersebut dirangkum dalam 5S yakni Spiritual, Safety, Screen, Self-Expression, and Social. Yuswohady mengatakan megashift milenial ini diperkuat dan semakin diperjelas oleh adanya pandemi Covid-19 yang telah berlangsung sejak tahun lalu.

Dari sisi spiritual, milenial menganggap pandemi sebagai bentuk cobaan dari Tuhan sehingga membuat mereka cenderung lebih mendekat pada agama. Kematian yang terus terkabarkan membuat milenial lebih gemar melakukan aktivitas keagamaan, salah satunya adalah berdonasi atau menunaikan Ziswaf.

Yuswohady mengatakan momentum ini harus dimanfaatkan oleh para pelaku usaha, tidak hanya untuk aspek bisnis tapi juga menyokong tren. Karena milenial yang mengubah perilakunya membutuhkan dukungan di segala aspek perubahan tersebut.

Paling baru, transformasi digital sangat terasa ketika perayaan Idul Adha 1442 Hijriyah lalu. Tingkat kurban digital menjadi signifikan dan diadopsi secara masif oleh masyarakat. Pandemi membuat masyarakat beralih cara dalam melaksanakan ibadah berkurban.

Ini terjadi di salah satu mitra filantropi Bank Syariah Indonesia (BSI), Dompet Dhuafa. Ketua Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa 2021 Ahmad Faqih Syarafaddin mengatakan, kurban digital sudah menguasai penghimpunan kurban di Dompet Dhuafa yakni sebesar 80 persen. Sebanyak 20 persen masih dilakukan secara luring dengan pembelian di outlet, serta sentra kurban offline Dompet Dhuafa.

“Sebanyak 80 persen donator DD (Dompet Dhuafa) bertransaksi dengan metode online, baik itu melalui transfer bank, e-channel, e-commerce, fintech, atau portal donasi, jadi memang perbandingannya luar biasa,” katanya kepada Republika, beberapa waktu lalu.

Salah satu kanal digital penghimpunan kurban online tersebut adalah BSI Mobile. Menurut Faqih, penghimpunan melalui mobile banking BSI sangat efektif dan memudahkan masyarakat dalam menjalankan ibadah kurban.

Apalagi di masa pandemi yang membuat akses keluar rumah dan interaksi keramaian masyarakat sangat terbatas. BSI Mobile menjadi solusi menunaikan kurban secara aman, nyaman, cukup dari rumah.

 

(Sumber: Republika)