Buronan Teroris Poso Diduga Kehabisan Amunisi Senjata

canalberita.com — Komandan Komando Resor Militer (Danrem) 132/Tadulako, Brigadir Jenderal TNI Farid Makruf, mengatakan tewasnya Qatar membuat kelompok teroris buronan Poso, Sulawesi Tengah, melemah. Sebab, Qatar sebenarnya tokoh kunci dalam kelompok Ali Kalora.

“Matinya Qatar ini menjadi berita besar, karena dia tokoh utamanya. Sejak matinya Qatar ini kelompok penjahat teroris itu melemah,” kata Farid melalui keterangannya pada Kamis, 12 Agustus 2021.

Dari hasil pemeriksaan sejumlah saksi, kata dia, Qatar merupakan salah satu pelaku yang terlibat dalam serangkaian aksi pembunuhan di Desa Lemban Tongoa, Kabupaten Sigi dan Desa Kalemago, Kabupaten Poso.

“Qatar ini juga yang memimpin pembunuhan sadis terhadap para petani di Poso, Sigi dan Parimo,” kata dia.

Di samping itu, Farid mengatakan enam orang DPO teroris Poso disinyalir hanya memegang tiga jenis senjata otomatis yaitu laras panjang M16 yang dipegang Ali Kalora serta pistol jenis colt dan FN yang dipegang dua anak buahnya.

“Itu pun amunisi untuk tiga senjata mereka sudah terbatas,” ujarnya.

Namun, ia menyebut senjata laras panjang M16 yang dipegang Ali Kalora sudah tidak berfungsi dengan baik. Karena selain usia senjata sudah tua dan lama digunakan di hutan, maka secara otomatis fungsi jenis senjata M16 tidak baik.

“Senjata jenis M16 jenis senjata yang cepat rusak bila lama digunakan di hutan dengan kondisi cuaca yang lembab dan basah,” katanya lagi.

Hanya saja, Farid mengaku Satgas Madago Raya masih kesulitan menemukan keberadaan mereka karena bersembunyi didalam hutan yang lebat.

“Tidak mudah menemukan keberadaan mereka yang bersembunyi dalam hutan lebat,” katanya.

Kemudian, ia mengklaim Satgas Madago Raya telah membuka akses yang sebesar-besarnya kepada media untuk memberitakan kegiatan Operasi Madago Raya. Sehingga, tidak ada informasi yang ditutup-tutupi.

Selain itu, ia menepis tudingan segelintir orang yang menyebut jika operasi ini adalah proyek keamanan. Menurut dia, tidak ada namanya proyek keamanan di sini tapi yang ada kegiatan kemanusiaan.

“Bayangkan jika kelompok DPO ini dibiarkan berkeliaran, mau jadi apa Poso ini. Mereka teroris ini akan merajalela melakukan aksi pembunuhan. Operasi ini digelar secara terbuka, media diberi akses meliput didaerah operasi dan setiap hari diberi rilis berita dari Satgas,” katanya.

Selanjutnya, Farid mengungkap tujuan kelompok teroris DPO Poso ini menebar ketakutan, melakukan pembunuhan disana sini agar cita-citanya Poso kembali rusuh tercapai. Sebab, kelompok DPO ini punya misi mendirikan negara Islam.

“Ini kelompok pengacau, kalau masih ada yang bilang operasi ini proyek keamanan, mari saya ajak turun ke lapangan agar hatinya terbuka. Bahkan, saya dan Kapolda Sulteng masih mengeluarkan uang pribadi saat operasi ini,” katanya.

Apalagi, kata dia, Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Rakhman Baso tahun ini sudah memasuki usia pensiun. Makanya, pangkat dan jabatan apalagi yang mau dikejar Irjen Rakhman Baso setelah jabat Kapolda Sulawesi Tengah ini.

“Kami juga kalau turun ke kampung-kampung sekitar daerah operasi, tidak datang dengan tangan kosong, minimal memberikan sembako pada warga. Karena kami tahu kondisi susahnya warga di kampung karena takut berkebun, semua itu menggunakan uang pribadi,” katanya.

 

(Sumber: viva.co.id)