‘Diguyur’ Kabar Baik, Maaf….Harga CPO Gak Bisa Naik Banyak

–Setelah sekian lama berada dalam tekanan harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Malaysia akhirnya ditransaksikan menguat hari ini, Selasa (22/6/2021).

Harga kontrak pengiriman September yang aktif ditransaksikan di Bursa Malaysia Derivatif Exchange tersebut naik 1,12% ke RM 3.429/ton. Meskipun mengalami kenaikan harga minyak sawit mentah masih berada di rentang terendahnya sejak bulan Februari.

Menurut laporan Societe Generale de Surveilance, ekspor minyak sawit Malaysia untuk periode 1-20 Juni 2021 mengalami kenaikan 11,2% dibanding periode yang sama bulan sebelumnya. Pada selang waktu tersebut ekspor Malaysia diperkirakan mencapai 962.184 ton.

Di sisi lain sentimen eksternal yang positif juga turut mengangkat harga minyak nabati. Pertama adalah kenaikan harga minyak mentah dunia dan kedua kembalinya China membeli kedelai dari Amerika Serikat (AS) sebagaimana dikonfirmasi oleh USDA (departermen pertanian AS).

Dari dalam negeri, Menteri Perdagangan Lufti mengatakan bahwa pemerintah sedang menyusun aturan yang akan menurunkan pungutan ekspor minyak sawit. Sementara itu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mencatat bahwa pungutan maksimum pada komoditas ini akan dipotong menjadi US$ 175/ton dari US$ 255/ton.

Dalam sebuah wawancara dengan BBG, Menteri Perdagangan Lufti menambahkan bahwa ekspor minyak sawit dan turunannya mungkin naik 9-10% tahun ini.

Dalam paparannya, SriMulyani mengatakan Bea Keluar tumbuh 844,6%, didorong peningkatan ekspor komoditi tembaga dan tingginya harga produk kelapa sawit.

“Bea masuk dan dari jumlah devisa bayar naik 21,5% dan bea keluar tumbuh 844% disumbang dari tembaga dan produk kelapa sawit,” jelas Sri Mulyani.

“Produk kelapa sawit ini naik 2.200% (yoy), karena tarif bea keluar yang lebih besar di 2021 dan pengenaan bea keluar pada produk turunnya (pengaruh tingginya harga referensi CPO),” kata Sri Mulyani melanjutkan.

Namun jika melihat ke kuotasi harga, CPO sudah ambles lebih dari 20% dari level tertingginya. Hal ini bisa menjadi pertanda bahwa harga akan memasuki tren bearishnya. Penurunan harga CPO di paruh kedua tahun ini juga didukung dengan adanya prospek perbaikan produksi.

Sementara itu Jim Teh, trader minyak sawit senior di Interband Group of Companies mengatakan penurunan harga CPO masih akan berlanjut dalam beberapa bulan ke depan sebab tingginya persediaan di Malaysia dan Indonesia sebaliknya permintaan masih lemah.

“Tidak ada peristiwa besar (yang dapat memicu peningkatan permintaan) dalam beberapa bulan ke depan. Kami memperkirakan tren masih bearish, begitu juga dengan lemahnya permintaan yang membuat harga CPO akan terus menurun,” kata Teh kepada Bernama, sebagaimana dilansir The Star, Sabtu (19/6/2021).

Sumber: cnbcindonesia.com/TIM RISET CNBC INDONESIA