Volume Ekspor Produk Sawit Turun 9,09 Persen Pada 2020

Gapki menyatakan penyebaran virus corona telah mengakibatkan ekspor produk minyak sawit turun 9,09 persen jadi 34 juta ton di 2020. Gapki menyatakan ekspor minyak kelapa sawit turun 9,09 persen pada 2020 kemarin karena corona. Ilustrasi. (AP/Binsar Bakkara).

Jakarta,CalBe-Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (Gapki) mengungkapkan volume ekspor produk minyak sawit tercatat sebesar 34 juta ton pada 2020 lalu. Jumlah itu turun 9,09 persen dibandingkan 2019 sebanyak 37,4 juta ton.

Ketua Umum Gapki Joko Supriyono mengatakan penurunan volume ekspor ini bisa dimaklumi, lantaran pasar global terganggu pandemi covid-19.

“Ada pelemahan demand karena hampir semua negara tujuan ekspor yang besar mengalami lockdown, mulai dari Eropa, India, China. Dan recovery beberapa negara di akhir tahun tidak cukup menolong,” ujarnya dalam acara Refleksi Industri Sawit 2020 dan Prospek 2021, Kamis (4/2).

Gapki mencatat mayoritas ekspor ke negara tujuan mengalami kontraksi. Kondisi ini ditunjukkan oleh ekspor ke China turun 24 persen atau minus 1,96 juta ton, Uni Eropa turun 12 persen atau minus 712,7 ribu ton, Bangladesh minus 23 persen atau turun 323,9 ribu ton, Timur Tengah minus 11 persen atau turun 280,7 ribu ton, dan Afrika turun 8 persen atau minus 249,2 ribu ton.

Hanya ekspor ke Pakistan yang tercatat naik 12 persen atau 275,7 ribu ton dan India naik 2 persen atau 111,7 ribu ton.

“Praktis yang positif tumbuh hanya India dan Pakistan. Ini salah satunya karena pasar mengalami distraksi dari sisi demand sehingga sangat mempengaruhi serapan di pasar ekspor,” ucapnya.

Berdasarkan produknya, ekspor minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) turun dari 31,13 juta ton di 2019 menjadi 28,27 juta ton di 2020. Lalu, laurik turun dari 1,92 juta ton menjadi 1,83 juta ton dan biodiesel turun dari 1,1 juta ton menjadi 300 ribu ton.

Sedangkan, produk oleokimia berhasil naik dari 3,22 juta ton menjadi 3,87 juta ton tahun lalu.

Meskipun volumenya turun, namu nilai ekspor produk minyak sawit bertambah 13,65 persen dari US$20,21 miliar menjadi US$22,97 miliar.

Joko mengatakan kenaikan nilai ekspor itu ikut menyumbang pada kinerja neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2020 lalu yang tercatat surplus US$21,27 miliar.

Menurutnya, tanpa sumbangan ekspor sawit maka neraca perdagangan berpotensi mengalami defisit. “Kemarin presiden juga menyatakan bahwa surplusnya naik, ekspornya naik, tapi masak cuma dari sawit, presiden saja bilang begitu,” terangnya.

Prospek 2021

Gapki memperkirakan produksi minyak sawit di 2021 akan bertambah meskipun tidak signifikan. Perkiraannya produksi CPO mencapai 49 juta ton dan produksi minyak inti kelapa sawit (PKO) mencapai 4,65 juta ton tahun ini.

Dengan demikian, total produksi minyak sawit sebesar 53,93 juta ton, atau naik dari realisasi produksi tahun lalu yakni 51,62 juta ton.

Sementara itu, permintaan minyak sawit akan sangat tergantung dari keberhasilan vaksin covid-19. Keberhasilan program vaksin akan meningkatkan aktivitas ekonomi sehingga mendorong konsumsi minyak nabati termasuk minyak sawit.

“Kalau itu bisa cepat selesai pasar akan lebih cepat recovery dan demand segera pulih, itu yang kami harapkan walaupun mungkin belum akan setinggi tahun-tahun sebelumnya, tapi kalau dibandingkan tahun lalu akan mengalami peningkatan,” katanya.

Gapki menargetkan ekspor tahun produk minyak sawit tahun ini sebanyak 37,5 juta ton, atau bertambah dari realisasi tahun lalu yakni 34 juta ton. (CNNIndonesia)